Berangkat haji takut datang bulan, jangan khawatir konsultasikan saja ke TKHI
Jakarta, (ANTARA) - Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) menyediakan layanan konsultasi guna membantu jamaah haji perempuan mengendalikan jadwal haid agar bisa menjalankan semua rukun dan wajib haji di Tanah Suci.
Jamaah haji perempuan bisa mendatangi petugas kesehatan haji untuk meminta layanan konsultasi dengan dokter spesialis kebidanan mengenai kesehatan reproduksi menurut siaran pers dari Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Siklus menstruasi, yang menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian jamaah perempuan selama masa berhaji, dapat dikendalikan supaya tidak sampai mengganggu pelaksanaan rukun dan wajib haji.
Perempuan yang berada pada usia reproduksi bisa mengatur jumlah hormon dalam tubuhnya dengan bantuan obat-obatan. Pengaturan tersebut ditujukan untuk mengendalikan hormon dalam upaya menyesuaikan siklus menstruasi dengan waktu pelaksanaan rukun dan wajib haji.
"Jadi pada jamaah wanita yang usia reproduksi yang berusaha untuk mengatur siklus haidnya agar pada waktu ibadah wajib itu tidak mengalami menstruasi, jamaah bisa mengaturnya dengan memajukan atau memundurkan siklus haidnya," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Mona, Sp.OG.
Mona, dokter spesialis kebidanan anggota Tim Promotif Preventif 2019, mengatakan bahwa jamaah haji perempuan yang ingin mengontrol siklus haid bisa melakukan rekayasa hormonal dengan mengonsumsi obat-obatan yang mengandung hormon seperti pil kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan/atau progesteron dengan dosis tertentu.
Namun penggunaan pil kontrasepsi, ia menegaskan, tidak boleh dilakukan secara sembarangan tetapi harus berdasarkan hasil konsultasi dengan dokter, baik saat di Indonesia maupun ketika sudah sampai di Arab Saudi.
Pada beberapa orang, pemakaian pil kontrasepsi memiliki efek samping seperti sakit kepala dan mual. Masalah itu menurut dokter bisa diatasi dengan mengganti kombinasi obat yang mengandung hormon atau dengan menggunakan metode kontrasepsi lainnya seperti suntik.
"Untuk kapan digunakan obat itu, kapan dia pakai itu, sudah harus dikonsultasikan sama dokter yang bertugas untuk memantau kapan waktu haidnya. Jadi pada waktu wukuf nanti sudah diprediksi, oh saya tidak akan haid pada waktu nanti," Mona menjelaskan.
Ia menyarankan perempuan yang akan mencoba menggunakan metode kontrasepsi saat berhaji atau umrah mengetahui masa siklus haidnya supaya bisa memperhitungkan apakan harus memajukan atau memundurkan siklus haid dan kapan harus melakukannya.
Kontrasepsi menggunakan obat dengan kandungan hormon progesteron bisa digunakan dua minggu sebelum waktu siklus haid berikutnya. Apabila menggunakan obat yang mengandung kombinasi hormon (progesteron dan estrogen), obat bisa diminum pada hari kedua sampai kelima siklus haid.
Berikutnya, ada alternatif selain penggunaan pil, yaitu kontrasepsi jenis suntik. Ada dua pilihan yang tersedia, suntikan untuk jangka empat minggu atau 12 minggu.
Mona juga mengingatkan pentingnya mengonsumsi pil secara teratur. Kalau konsumsi pil tidak dilakukan secara tidak teratur, gangguan seperti keluar flek atau pendarahan bisa terjadi, dan bahkan menstruasi bisa tetap datang.
Ia mencontohkan, jika pil harus diminum sehari dua kali, maka pembagiannya harus konsisten setiap 12 jam sekali minum satu pil. Jika konsumsi pertama pukul 7.00, maka pil kedua harus diminum pukul 19.00, tidak boleh sampai terlambat. (*)
Jamaah haji perempuan bisa mendatangi petugas kesehatan haji untuk meminta layanan konsultasi dengan dokter spesialis kebidanan mengenai kesehatan reproduksi menurut siaran pers dari Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Siklus menstruasi, yang menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian jamaah perempuan selama masa berhaji, dapat dikendalikan supaya tidak sampai mengganggu pelaksanaan rukun dan wajib haji.
Perempuan yang berada pada usia reproduksi bisa mengatur jumlah hormon dalam tubuhnya dengan bantuan obat-obatan. Pengaturan tersebut ditujukan untuk mengendalikan hormon dalam upaya menyesuaikan siklus menstruasi dengan waktu pelaksanaan rukun dan wajib haji.
"Jadi pada jamaah wanita yang usia reproduksi yang berusaha untuk mengatur siklus haidnya agar pada waktu ibadah wajib itu tidak mengalami menstruasi, jamaah bisa mengaturnya dengan memajukan atau memundurkan siklus haidnya," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Mona, Sp.OG.
Mona, dokter spesialis kebidanan anggota Tim Promotif Preventif 2019, mengatakan bahwa jamaah haji perempuan yang ingin mengontrol siklus haid bisa melakukan rekayasa hormonal dengan mengonsumsi obat-obatan yang mengandung hormon seperti pil kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan/atau progesteron dengan dosis tertentu.
Namun penggunaan pil kontrasepsi, ia menegaskan, tidak boleh dilakukan secara sembarangan tetapi harus berdasarkan hasil konsultasi dengan dokter, baik saat di Indonesia maupun ketika sudah sampai di Arab Saudi.
Pada beberapa orang, pemakaian pil kontrasepsi memiliki efek samping seperti sakit kepala dan mual. Masalah itu menurut dokter bisa diatasi dengan mengganti kombinasi obat yang mengandung hormon atau dengan menggunakan metode kontrasepsi lainnya seperti suntik.
"Untuk kapan digunakan obat itu, kapan dia pakai itu, sudah harus dikonsultasikan sama dokter yang bertugas untuk memantau kapan waktu haidnya. Jadi pada waktu wukuf nanti sudah diprediksi, oh saya tidak akan haid pada waktu nanti," Mona menjelaskan.
Ia menyarankan perempuan yang akan mencoba menggunakan metode kontrasepsi saat berhaji atau umrah mengetahui masa siklus haidnya supaya bisa memperhitungkan apakan harus memajukan atau memundurkan siklus haid dan kapan harus melakukannya.
Kontrasepsi menggunakan obat dengan kandungan hormon progesteron bisa digunakan dua minggu sebelum waktu siklus haid berikutnya. Apabila menggunakan obat yang mengandung kombinasi hormon (progesteron dan estrogen), obat bisa diminum pada hari kedua sampai kelima siklus haid.
Berikutnya, ada alternatif selain penggunaan pil, yaitu kontrasepsi jenis suntik. Ada dua pilihan yang tersedia, suntikan untuk jangka empat minggu atau 12 minggu.
Mona juga mengingatkan pentingnya mengonsumsi pil secara teratur. Kalau konsumsi pil tidak dilakukan secara tidak teratur, gangguan seperti keluar flek atau pendarahan bisa terjadi, dan bahkan menstruasi bisa tetap datang.
Ia mencontohkan, jika pil harus diminum sehari dua kali, maka pembagiannya harus konsisten setiap 12 jam sekali minum satu pil. Jika konsumsi pertama pukul 7.00, maka pil kedua harus diminum pukul 19.00, tidak boleh sampai terlambat. (*)