Padang (ANTARA) - Usai menamatkan pendidikan di SMA 1 Payakumbuh, Wahyu Purnama mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), di Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Andalas (Unand) Padang.
Saat itu ia memilih tiga jurusan yaitu Teknik Mesin dan Teknik Lingkungan ITB serta pilihan ketiga Akuntansi Unand.
Meski di awal sempat berharap bisa mengikuti kuliah di ITB, ternyata takdir menetapkan pilihan ketiga yakni lulus di Akuntansi Unand.
Usai menyelesaikan kuliahnya di Universitas Andalas (Unand) Padang pada 1993, Wahyu Purnama Armyntos berangkat ke Jakarta dengan segenap harapan untuk merintis karir di ibu kota negara.
Menyelesaikan pendidikan mulai dari SD hingga SMA di Payakumbuh, pria kelahiran Padang, 2 Maret 1968 memilih mengadu peruntungan di Jakarta.
Berbeda dengan kondisi hari ini yang begitu mudah mencari akses informasi lowongan pekerjaan , kala itu informasi masih terbatas.
Saat berada di Jalan M. Thamrin, Jakarta Pusat, ia melihat gedung megah yang tak lain adalah Bank Indonesia.
Setelah mencari tahu lebih lanjut, akhirnya suami dar dr Diana Faizah mengikuti seleksi penerimaan di bank tersebut pada 1993-1994.
Dinyatakan lulus dan mengikuti pendidikan setahun, ayah tiga putri ini pun diangkat menjadi pegawai Bank Indonesia pada 1995.
Siapa sangka pilihan ketiga untuk kuliah di Akuntansi Unand mengantarkan Wahyu menjadi salah seorang pejabat di Bank Indonesia.
24 tahun berselang pada 2019 Wahyu kembali ke Sumatera Barat dan diamanahkan sebagai Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar.
Anak dari pasangan Armyntos dan Lisma ini mengakui awalnya bercita-cita masuk teknik ITB, kalau pun diterima saat itu belum tentu yang terbaik buat saya, kata dia.
Wahyu punya alasan memilih ITB karena pada masa kecilnya sering diajak orang tua ke Bandung, Jawa Barat, dan melihat ITB, serta tertarik ingin kuliah di sana.
Ia pun mengakui sempat kecewa karena tidak diterima di ITB, tetapi akhirnya bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT.
Wahyu, yang pada masa mudanya pernah mendaki gunung Singgalang, mengaku belajar nilai-nilai agama dari kedua orangtuanya. Dari sang ayah Armyntos, ia belajar disiplin dan tegas, dan dari sang ibu ia ditanamkan sifat sosial, dan suka menolong orang yang membutuhkan.
Kini ia ingin berkontribusi membangun perekonomian tanah kelahirannya tercinta dengan membangun sinerginya dengan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota.
"Saya ingin memberikan sumbangsih kepada Sumatera Barat, di luar tugas utama Bank Indonesia. Saya ingin mengembangkan, meningkatkan perekonomian Sumatera Barat, mengendalikan inflasi. Mohon dukungan seluruh pihak, termasuk pemerintah provinsi, pemerintah daerah," ujarnya.
Dilantik pada Jumat, 29 Maret 2019, oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara, saat serah terima jabatan, menggantikan Endy Dwi Tjahjono, Wahyu bertekad mengendalikan inflasi di Sumbar.
Mengendalikan inflasi Sumatera Barat agar tetap terkendali, serta mengembangkan perekonomian Sumatera Barat merupakan tantangan yang harus dihadapi selama memimpin bank sentral Indonesia ini, selain tugas utama Bank Indonesia menjaga kestabilan nilai rupiah.
Apalagi, dua tahun berturut-turut, 2016 dan 2017, Sumatera Barat mendapat penghargaan nasional pengendalian inflasi terbaik se-Sumatera. Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Wahyu.
"Saya minta dukungan kerjasama seluruh pihak untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia, karena Bank Indonesia tugas utama kalau di daerah ikut bersama-sama pemerintah untuk mengendalikan inflasi di daerah, selain menjaga kestabilan nilai rupiah," kata Wahyu.
Ia menyampaikan pihaknya akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menjaga inflasi di Sumbar.
Inflasi penting dikendalikan supaya harga tetap terjangku dan masyarakat miskin tidak bertambah, ujar dia.
Kemudian ia juga memastikan menjaga sistem pembayaran dengan penyediaan uang rupiah yang cukup dan layak.
Saya juga fokus melakukan pengembangan ekonomi syariah dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, kata dia.
Sebagai Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah Sumatera Barat, Wahyu meyakini jika inflasi meningkat akan membuat rakyat semakin banyak yang miskin.
Akan semakin banyak rakyat yang susah, karena daya beli semakin lama semakin menurun karena tidak mampu membeli.
Di Sumatera Barat, inflasi lebih sering diwarnai oleh komoditas pangan strategis mulai dari pangan pokok seperti, beras, cabai, bawang merah, dan lainnya.
Di sisi lain, Wahyu juga akan mengembangkan perekonomian Sumatera Barat, dengan program pengembangan ekonomi syariah. Program awalnya, pemberdayaan ekonomi pesantren. Kemudian mengembangkan halal value chain untuk untuk UMKM binaan Bank Indonesia.
Halal value chain adalah sertitifikasi halal. Adanya sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia punya banyak manfaat, terutama untuk ekspor ke Timur Tengah, karena wajib mempunyai sertifikasi halal. Produk-produk di Sumatera Barat dapat dikatakan semuanya halal. Namun, untuk sertifikasi halal seluruh aspek harus dipenuhi.
Ada dua pesantren yang dipilih untuk pengembangan ekonomi pesantren, salah satunya Pesantren Diniyyah Putri Padangpanjang. Bank Indonesia memberdayakan ekonomi pesantren, karena pesantren bukan hanya untuk belajar ilmu agama, tetapi juga perlu pemberdayaan ekonomi.
"Setiap kita tentu perlu melakukan kegiatan wirausaha. Paling tidak akan mengurangi biaya operasional pesantren dan juga mengajarkan kepada santri bagaimana wirausaha itu akan bisa membantu pondok pesantren, bisa membantu santri secara individu, karena berbisnis salah satu yang dilakukan oleh Rasulullah juga," sebut Wahyu.
Wahyu juga akan mengembangkan produk UMKM, dengan pengembangan ekonomi lokal yang menjadi produk unggulan, seperti songket dan sulaman Nareh, Pariaman. Salah satu upayanya mempromosikan songket dengan menjadikan songket sebagai seragam kantor di Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Barat. Ia juga mengusulkan Tahun Wisata Minangkabau, misalnya pada 2021, yang menampilkan kebudayaan Minangkabau.
"Perkembangan pariwisata di Sumatera Barat semakin pesat dan memiliki potensi pariwisata yang tinggi, penggelolaannya harus dioptimalkan. Bank Indonesia bersama-sama pemerintah daerah akan menjadikan program unggulan dalam mendukung pengembangan pariwisata. Ada tiga konsep pengembangan pariwisata, yakni akses ke lokasi, infrastruktur dan sarana prasarana. Namun, mindset sadar wisata juga harus diutamakan," sebut Wahyu.
Anugerah Pena Emas
Saat menjabat Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Tasikmalaya pada 2016 Wahyu dianugerahi penghargaan Pena Emas 2016 dari Harian Radar Tasikmalaya.
Penghargaan ini dianugerahkan kepadanya sebagai tokoh yang mengispirasi, karena kepedulian terhadap industri kreatif di Tasikmalaya melalui kegiatan Tasik Creative Festival. Festival tersebut turut sukses mengembangkan ekonomi di Tasikmalaya.
Pemerintah Kota Tasikmalaya juga menganugerahkan penghargaan kepadanya sebagai tokoh yang memberikan sumbangsih untuk perekonomian Tasikmalaya.
Di Tasikmalaya, Wahyu diangkat sebagai ketua Forum Peduli Tasikmalaya, yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, serta para pengusaha.
"Yang saya cari itu bukan penghargaan. Tapi supaya yang perbuat bisa bermanfaat untuk orang lain. Tantangan banyak, tetapi akhirnya bisa diterima karena untuk mengembangkan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)," kata Wahyu .
Ketika menjabat Kepala Kantor Perwakilan Gorontalo, Wahyu dianugerahi sebagai Bapak Kurawo Provinsi Gorontalo. Anugerah itu diberikan kepadanya karena sukses mengembangkan perekonomian dengan menginisiasi sulaman Kurawo. Berkat sentuhannya, sulaman Kurawo yang dulunya tidak dikenal orang, sekarang menjadi sulaman kreatif dan menjadi ikon Gorontalo lewat Festival Kurawo.
Wahyu juga sukses mengembangkan desa hortikultura dan desa religi sebagai pengendalian inflasi di Gorontalo. Desa-desa tersebut kemudian menjadi desa percontohan se-provinsi, dan pernah dikunjungi Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika itu.
Kini, sebagai putra daerah Wahyu ingin mengabdi untuk Sumatera Barat, dan mengusulkan dicanangkannya Tahun Wisata Minangkabau, misalnya pada 2021. Konsepnya, mengoptimalkan pariwisata Sumatera Barat, serta industri anak nagari seperti songket dan sulaman Nareh, Pariaman.
Biodata Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumbar.
Nama: Wahyu Purnama Armyntos
Lahir: Padang, 2 Maret 1968.
Hobi: Bersepeda Bulutangkis
Orangtua:
Ayah: H. Armyntos
Ibu: Hj. Lisma.
Istri: dr. Diana Faizah
Anak:
Wina Annisafitri Purnama
Hanifa Salma Fauziyah
Aiesha Salma Nadira
Pendidikan:
SD 1 Tanjung Pati, Limapuluh Kota
SMP 1 Payakumbuh
SMA 1 Payakumbuh
Alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Karir di Bank Indonesia:
1995-2000: Direktorat Keuangan Intern Bank Indonesia Pusat.
2000-2005: Kepala Seksi Bank Indonesia Perwakilan Jambi.
2005-2010: Deputi Pemimpin Bank Indonesia (PBI) Bengkulu.
2010-2013: Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo.
2013-2017: Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Jawa Barat.
2017- 2019: Direktur Departemen Regional I Sumatera Bank Indonesia Pusat.
29 Maret 2019: Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar. ***
Berita Terkait
BSI raih dua BI Award 2024 sebagai Bank Syariah pendukung pengendalian moneter terbaik dan peserta sistem RTGS & SSSS terbaik
Selasa, 3 Desember 2024 15:36 Wib
BI paparkan tiga langkah untuk dorong pertumbuhan kredit pada 2025
Sabtu, 30 November 2024 14:33 Wib
BI: Gejolak global haruskan fokus stabilisasi rupiah
Sabtu, 30 November 2024 14:27 Wib
Pemda di Sumbar bekerja sama optimalisasi pemungutan pajak
Rabu, 20 November 2024 20:23 Wib
BI: Ketegangan global turut picu penurunan ekspor CPO Sumbar
Rabu, 6 November 2024 18:18 Wib
Bank Indonesia paparkan upaya agar UMKM Sumbar berkembang pesat
Rabu, 6 November 2024 18:16 Wib
BI Sumbar optimistis target pengguna QRIS baru terwujud
Kamis, 31 Oktober 2024 15:09 Wib
BI Sumbar optimistis target 147 ribu pengguna QRIS baru terwujud
Selasa, 29 Oktober 2024 19:41 Wib