Fenomena Rojali dan Rohana

id Rojali Rohana, BI DKI, ekonomi Jakarta, pusat perbelanjaan jakarta,BPS ,Pertumbuhan ekonomi

Fenomena Rojali dan Rohana

Pengunjung memilih produk kecantikan pada Pameran Beautyfest Asia Jakarta 2025 di Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (7/6/2025). Pameran festival yang diikuti sebanyak 50 merek produk kecantikan ternama itu bertujuan untuk memberikan pengalaman secara langsung mengenai produk tersebut dan mendukung pertumbuhan industri kecantikan di Indonesia. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym.

Jakarta (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta menanggapi fenomena Rombongan Jarang Beli (Rojali) dan Rombongan Hanya Nanya (Rohana) yang erat dikaitkan dengan turunnya daya beli masyarakat.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta Iwan Setiawan mengatakan, meski ramai di jagad media sosial, namun khusus di Jakarta, fenomena tersebut tidak berdampak besar terhadap ekonomi secara keseluruhan karena daya beli masyarakat Jakarta yang resilien.

"Dari sisi 'purchasing power', Jakarta punya daya tahan atau resiliensi, masih cukup kuat," katanya di Jakarta, Jumat.

Kantor Perwakilan (Kpw) BI DKI Jakarta mencatat konsumsi rumah tangga tetap tumbuh cukup tinggi meski melambat pada Triwulan II 2025.

Konsumsi rumah tangga tumbuh kuat sebesar 5,13 persen (secara tahunan/yoy), meskipun melambat dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 5,36 persen yoy.

"Konsumsi masih di level lebih dari 5 persen, ini masih mendorong pertumbuhan karena pangsa konsumsi di Jakarta itu hampir 60 persen," katanya.

Sementara itu, konsumsi pemerintah pada triwulan II 2025 tumbuh 5,16 persen (yoy), melambat dari periode yang sama tahun lalu sebesar 9,22 persen (yoy), seiring normalisasi belanja pegawai dan belanja bansos setelah pada Triwulan I-2025.

Pewarta :
Editor: Syarif Abdullah
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.