KPU: pemilih disabilitas Sawahlunto 377

id KPU Sawalunto,Pemilih disabilitas Sawahlunto,Pemilu serentak 2019

KPU: pemilih disabilitas Sawahlunto 377

Relawan demokrasi di Kota Sawalunto memberikan penjelasan kepada pemilih dari kalangan penyandang disabilitas terkait surat suara. (Dok. KPU Sawahlunto)

Sawahlunto (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, menyebutkan pemilih penyandang disabilitas di daerah itu yang telah masuk daftar pemilih tetap Pemilu serentak 2019 berjumlah 377 orang.

"Daftar Pemilihan Tetap (DPT) Kota Sawahlunto saat ini 45.850 pemilih, sementara jumlah pemilihan disabilitas sebanyak 377 pemilih," kata Divisi Sosialisasi Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia (SDM) KPU Sawahlunto, Desy Fardila di Sawahlunto, Selasa.

Ia merinci, untuk tuna daksa berjumlah 56 pemilih, tuna netra 21 orang, tuna rungu 47 orang,tuna grahita 152 orang dan disabilitas lainnya sebanyak 101 orang.

Kendati jumlah pemilih dari kalangan disabilitas tidak begitu banyak, imbuhnya, pihaknya tetap berupaya maksimal agar seluruhnya dapat menyalurkan hak pilihnya di Pemilu nanti.

“Kami bersama relawan demokrasi turun langsung ke rumah calon pemilih disabilitas. Kami memang bertatap muka langsung dengan mereka agar komunikasinya berjalan lebih efektif," ujarnya.

Setelah melakukan kegiatan sosialisasi kepada kalangan disabilitas tersebut, menurutnya dapat disimpulkan bahwa antusiasme mereka untuk mengikuti Pemilu terbilang tinggi.

"Alhamdulilah, sepanjang pengalaman kami, saudara-saudara disabilitas yang kami temui itu semuanya mau untuk ikut serta memberikan hak pilihnya," ujarnya.

Bahkan, imbuhnya pihak keluarga dari kalangan disabilitas ini juga antusias menemani selama sosisalisasi dan bersedia mendampingi ketika momen pemilu nanti.

“Kami sangat berterima kasih juga kepada keluarga saudara-saudara disabilitas ini, yang telah menerima sosialisasi kami dengan tangan terbuka. Apalagi juga bersedia menemani saudara berkebutuhan khusus ini di Pemilu nanti. Itu kerja sama yang sangat bernilai sekali," katanya

Sementara seorang relawan demokrasi segmen disabilitas, Meristyia Gabrina Tifali, mengatakan dirinya bersama para rekannya mengalami kesulitan dalam memberika sosialisasi kepada pemilih dengan cacat mental atau gangguan kejiwaan.

"Mereka sulit untuk untuk berkomunikasi sehingga harus dengan berbagai teknik agar menyampaikan pesal dapat maksimal," ujarnya. (*)