Biaya LRT indonesia termurah dunia, kata Adhi Karya

id Light Rail Transit,Adhi Karya

Biaya LRT indonesia termurah dunia, kata Adhi Karya

Kereta api ringan atau light rail transit (LRT) diuji coba dengan operasi terbatas di Stasiun Velodrome Rawamangun, Jakarta, Senin (10/9). PT Jakarta Propertindo (Jakpro) melakukan proses uji coba moda transportasi LRT Jakarta secara terbatas yang membentang dari Stasiun Velodrome Rawamangun hingga Stasiun Boulevard Utara Kelapa Gading sepanjang 5,8 km dan berlangsung hingga hingga 20 September 2018. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc/18.)

Jakarta, (Antaranews Sumbar) - PT Adhi Karya selaku pemilik proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta Bogor Depok Tangerang (Jabodebek) menyebutkan bahwa biaya pembangunan LRT Indonesia termurah di dunia.

"Kami sudah melakukan banyak inovasi untuk membuat biaya investasinya semurah mungkin, bahkan diantara LRT di dunia kami yang paling murah," kata Direktur Operasi II Adhi Karya, Pundjung Setya Brata, di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan data yang ia paparkan, nilai investasi LRT Jabodebek per kilometernya adalah Rp673 miliar. Kemudian ia membandingkan dengan LRT Lahore di Pakistan senilai Rp797 miliar, LRT Kelana Jaya, Malaysia senilai Rp817 miliar per km.

Kemudian , LRT Manila Line 7, Filipina per km adalah Rp903 miliar, LRT Dubai, Arab Saudi senilai Rp1.026 miliar dan LRT, Calgary Kanada adalah Rp2.197 miliar. Sedangkan untuk biaya konstruksi pembangunan prasarana kereta, LRT Jabodebek nilai investasinya Rp513,8 miliar.

Sementara itu, Direktur Utama PT Adhi Karya Budi Harto menyebutkan membutuhkan jalur rel LRT sepanjang 200-an km untuk menuntaskan masalah kemacetan Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek).

"Idealnya itu jalur LRT ada sepanjang 200-an km, tapi pada tahap pertama ini kami selesaikan 44 km. Baru selanjutnya kemudian ke tahap 82 km," kata Budi Harto dalam kesempatan yang sama.

Sampai dengan 8 Februari 2019 kemajuan pembangunan prasarana LRT Jabodebek tahap satu telah mencapai 58,3 persen. Di mana rinciannya adalah, Lintas pelayanan 1 Cawang - Cibubur 78,5 persen.

Kemudian kemajuan lintas pelayanan dua Cawang - Kuningan - Dukuh Atas 46,1 persen, dan lintas pelayanan tiga Cawang- Bekasi Timur 52,8 persen.

Pemilihan jalur layang selain alasan teknis adalah menghindari konflik sosial, di mana pembebasan lahan untuk satu titik di Pancoran, Jakarta saja memakan waktu hingga 1,5 tahun, sehingga efisiensi waktu dianggap sebagai pertimbangan yang tepat. (*)