Ketergantungan Pada Impor Minyak "Ancaman Serius" bagi Apec

id Ketergantungan Pada Impor Minyak "Ancaman Serius" bagi Apec

Singapura, (Antara/AFP) - Peningkatan ketergantungan Asia Pasifik pada impor minyak merupakan "ancaman serius" bagi stabilitas ekonomi dan keamanan energi kawasan, sebuah laporan memperingatkan Kamis. Kawasan Asia Pasifik diproyeksikan mengimpor 44 persen dari kebutuhan utama minyaknya hingga 2035, naik dari 36 persen pada 2010, kata laporan yang dilakukan atas nama Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang berbasis di Singapura. Produksi minyak di wilayah ini telah meningkat "hanya sedikit" sejak 1990, kalah cepat dengan peningkatan signifikan dalam permintaan, kata studi oleh Pusat Riset Energi Asia Pasifik (APERC) yang berpusat di Tokyo. "Peningkatan ketergantungan pada impor minyak ini merupakan ancaman serius bagi stabilitas ekonomi dan keamanan energi dari wilayah APEC," katanya. Ketersediaan dapat terancam oleh peristiwa politik di Timur Tengah dan Afrika, dengan produksi juga tergantung pada kemampuan perusahaan minyak di tempat-tempat ini untuk melakukan investasi yang memadai, kata laporan. "Karena produksi minyak menjadi lebih terkonsentrasi di beberapa negara, harga minyak akan semakin dipengaruhi oleh kekuatan pasar negara-negara produsen," tambah laporan itu. "Peningkatan jumlah minyak yang harus dikirim dari jarak jauh,biasanya dari Timur Tengah atau Afrika, merupakan risiko keamanan tambahan." Akibatnya, "berlanjutnya volatilitas harga minyak akan menjadi mendekati kepastian, akan ada risiko yang signifikan dari gangguan pasokan" yang bisa "mengancam stabilitas ekonomi negara-negara APEC dan dunia," kata laporan itu. Kelompok 21 negara APEC yang berbatasan dengan rim Pasifik, meliputi hampir separuh dari perdagangan dunia dan lebih dari setengah dari "output" (PDB) ekonomi global. (*/jno)

Pewarta :
Editor: Antara Sumbar
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.