Ponpes Daarul Tauhid terpaksa pinjam rumah warga

id Ponpes Daarul Tauhid

Ponpes Daarul Tauhid terpaksa pinjam rumah warga

Pihak Ponpes bersama masyarakat gotong royong memperbaiki rumah pinjaman untuk asrama putra. (Antara Sumbar/Tri Asmaini)

Arosuka, (Antaranews Sumbar) - Pondok Pesantren (Ponpes) Daarul Tauhid di Selayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat terpaksa meminjam rumah warga karena kekurangan tempat untuk asrama santri.

"Alhamdulillah, sudah banyak yang mendaftar, sangat meningkat dibanding tahun lalu yang hanya sekitar 39 santri baru yang masuk Ponpes Daarul Tauhid," kata Pimpinan Ponpes, Ustadz Jursawal, Kamis.

Ia menyebutkan tingginya animo dan kepercayaan masyarakat untuk menuntut ilmu agama, membuat pondok pesantren Daarul Tauhid kebanjiran murid baru di tahun ajaran 2018-2019, Setidaknya, sampai saat ini sudah tercatat lebih 100 orang calon santri yang mendaftar.

Bagi pengasuh Ponpes tingkat SMP dan SMA tersebut tentu merupakan anugerah, jumlah murid baru sangat banyak namun disisi lain, fasilitas asrama pondok pesantren masih sangat terbatas kapasitasnya.

Ponpes Daarul Tauhid terpaksa meminjam sebuah rumah milik masyarakat yang ada di lokasi untuk dijadikan asrama. Sebab, asrama santri putra saat ini harus digunakan untuk asrama santri perempuan.

"Alhamdulillah, ada masyarakat yang mau meminjamkan rumah kosong untuk dimanfaatkan sementara waktu sebagai asrama putra," ujarnya didampingi ustadz Beni Asri.

Rumah kayu berukuran sedang tersebut juga tidak bisa langsung dimanfaatkan, harus direhab terlebih dahulu sebab kondisinya sudah sangat memperihatinkan. Lantai dan loteng sudah banyak yang keropos, sehingga harus diganti.

Sementara waktu, dengan memanfaatkan bahan dan tenaga yang ada, secara bergotong royong rumah tersebut sudah diperbaiki. Sebetulnya masih jauh dari kata layak, tapi karena keadaan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

"Kami juga khawatir, dengan penambahan pinjaman rumah sebagai asrama putra ini juga tidak cukup untuk menampung semua santri yang ada," katanya.

Tidak saja sampai di situ, bertambahnya murid baru tentunya juga membuat pengasuh ponpes harus mencari jalan keluar, sebab jumlah lokal masih sangat terbatas yang hanya ada lima lokal, sedangkan dibutuhkan sekitar sembilan lokal.

Begitu juga dengan kapasitas mushalla yang ada. Di hari biasa, santri dan pengasuh harus shalat secara bergantian karena tidak lagi mampu menampung seluruh warga Ponpes masyarakat Selayo tersebut.

Ke depannya, untuk mengembangkan Ponpes Daarul Tauhid agar lebih representatif, pihak ponpes sudah berusaha mencari lokasi tanah yang lebih luas, sekitar 6 hektar. Tanahnya pun sudah ada, namun masih terkendala biaya penggantian.

"Tanahnya sudah ada, tapi uang penggantinya yang belum ada, 80 ribu per meternya, sampai saat ini paling banyak uang yang terkumpul baru mampu mengganti setengah hektar lahan tersebut," katanya.

Pihak ponpes sangat berharap ada dermawan yang mau membantu pengembangan ponpes Daarul Tauhid sehingga lebih banyak melahirkan generasi muda islami yang siap menghadapi tantangan zaman. (*)