Arus balik Sumatera ke Jawa lebih kondusif

id Arus Balik Lebaran,Lalu Lintas Lebaran

Arus balik Sumatera ke Jawa lebih kondusif

Ilustrasi.

Pelabuhan penyeberangan antarpulau Bakauheni, Lampung terlihat lengang sehingga tak ada antrean panjang kendaraan pada Sabtu pagi (23/6).

Pada Sabtu dan Minggu (24/6) diperkirakan akan terjadi lonjakan kendaraan dan manusia untuk menyeberang ke Jawa karena berdasarkan data yang dimiliki PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry pada sehari sebelumnya masih ada sekitar 37 persen lagi pemudik ke Sumatera yang belum kembali ke Jawa.

Hingga Minggu (24/7) sore lonjakan penumpang di Bakauheni masih terkendali. Sebagian besar diantaranya adalah pejalan kaki (99 persen) dan pengguna sepeda motor (85 persen).

Pemudik berjalan kaki adalah mereka yang menggunakan bus atau kendaraan lain menuju Bakauheni lalu menyeberang ke Merak, Banten, untuk kemudian melanjutkan perjalanaan ke tujuan masing-masing dengan bus atau dengan moda angkutan lain.

Sementara, persentase tersebut angkanya diambil dari jumlah pemudik yang menyeberang sebelum Idul Fitri 1439 H dan mereka yang kembali sesudahnya.

Kendaraan roda empat atau lebih yang sudah kembali pada Minggu sore adalah 88 persen sehingga masih tersisa sekitar 12 persen yang belum atau dalam perjalanan untuk kembali ke Jawa.

Jumlah penumpang arus mudik dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni mulai H-8 hingga Lebaran hari pertama mencapai 970.327 orang, yang terdiri atas penumpang pejalan kaki sebanyak 146.413 orang dan penumpang dengan kendaraan 823.914 orang.

Secara keseluruhan, prosesi arus balik dari Sumatera ke Jawa relatif lebih kondusif dimana penanganan dan pelayanan bagi pemudik lebih baik.

Sepanjang pengamatan, arus balik dari Bukittinggi ke Pekanbaru, lalu dilanjutkan dengan menyusuri Lintas Timur Sumatera pascalebaran, tidak terjadi lonjakan arus balik yang signifikan.

Memang Beda

Hal itu mungkin diakibatkan kondisi arus balik di Sumatera berbeda dengan di Jawa. Kepadatan terlihat pada saat arus mudik dimana pemudik memiliki tenggat waktu yang sama, yakni sampai ke kampung halaman sebelum lebaran.

Dampaknya, kepadatan terjadi di Merak pada Selasa malam (12/6) dimana antrean panjang terjadi dari jalan tol hingga ke Pelabuhan Merak. Iring-iringan kendaraan roda dua juga terlihat berpacu pada Rabu (13/6) pagi selepas Bakauheni.

Kondisi itu berbeda di saat arus balik, di mana pemudik yang kembali ke Jawa memiliki pilihan waktu yang lebih panjang. Bagi mereka yang ingin kembali jelang libur bersama berakhir (20/6) akan bergegas untuk tiba di Bakauheni pada 19 dan 20 Juni sehingga terjadi kepadatan penumpang di dua hari tersebut.

Data PT ASDP menunjukkan, pada Rabu (20/6) baru sekitar 40 persen pemudik via Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni ke Merak yang kembali ke Jawa. Artinya, masih sekitar 60 persen pemudik belum kembali, sementara hari kerja dimulai pada Kamis (21/6).

Mudik ke Sumatera melalui jalan darat membutuhkan waktu yang panjang. Rata-rata 50-60 persen pemudik memperpanjang masa libur atau mengambil cuti tambah agar bisa mudik dengan nyaman.

Tempat Wisata

Sebagian besar diantaranya mudik dan bersilaturahim dengan sanak keluarga plus mengunjungi tempat wisata dengan keluarga.

Karena itu, tempat wisata di sekitar Padang, Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi dan Palembang selalu ramai dikunjungi, tak hanya oleh wisatawan lokal tetapi juga para perantau dari luar daerah.

Karena pemudik pula, ekonomi masyarakat setempat bergairah karena mendapat suntikan "belanja" dari perantau. Jalur Padang-Bukittinggi, dua hari setelah lebaran selalu macet.

Jarak dua kota yang biasanya bisa ditempuh 2,5 jam (95 km), pada hari-hari lebaran butuh 5-7 jam, bahkan lebih. Jika dahulu, kepadatan terjadi menjelang air terjun di Lembah Anai, kini kepadatan bertambah di sepanjang Lembah Anai yang menjadi wisata air, dimana terdapat sejumlah kolam renang untuk anak-anak di sepanjang Sungai Anai.

Kelok 9

Begitu juga dengan jalur wisata Bukittinggi menuju Kelok 9 di Kabupaten 50 Kota, Sumbar. Kemacetan panjang terjadi pada Selasa malam (19/6) atau satu hari jelang berakhirnya cuti bersama. Jarak sepanjang 55 kilometer itu harus ditempuh selama 8-9 jam.

Kemacetan yang terjadi pada H+3, diakibatkan oleh tingginya intensitas kendaraan dan keluar masuk di titik-titik keramaian seperti di pasar, rumah makan, pusat penjualan oleh-oleh dan masjid. Penjualan oleh-oleh makanan khas Sumbar, seperti kerupuk sanjai, karak kaliang dan lainnya berjejer dalam jarak relatif rapat di ruas jalan ini.

Sebagian besar kendaraan yang melalui jalur tersebut bernomor polisi BM (Riau) lalu BA, BH (Jambi), BG (Sumsel) dan B.

Kondisi seperti ini selalu terulang setiap tahun karena jembatan Kelok 9 yang di resmikan pada 2013 itu tidak sekadar penghubung antara Provinsi Sumatera Barat dan Riau tetapi juga menjadi objek wisata bagi sebagian pemudik.

Bentuk jembatan yang berkelok sembilan dan mendaki tebing vertikal setinggi 58 meter menjadikan jembatan tersebut memiliki daya tarik tersendiri.

Objek wisata di Pekanbaru, Jambi dan Palembang juga ramai dikunjungi pemudik. Di Palembang, danau Jakabaring, di kompleks olahraga yang diperuntukkan untuk Asian Games 2018, juga sudah ramai dikunjungi pemudik dan penduduk setempat.

Danau terlihat bersih, warna airnya hijau bening dan udara terasa segar. Pengelola Jakabaring mengenakan tarif Rp10.000 untuk masuk ke dalam kompleks.

Jalan Bergelombang

Kondisi jalan Lintas Timur Sumatera relatif baik, meski pun permukaan jalan banyak yang tidak rata karena banyaknya tambalan aspal di banyak ruas.

Kondisi ini lebih baik karena di Lintas Tengah Sumatera di ruas Baturaja-Lahat terdapat beberapa titik yang belum ditambal, meski pun sudah dikikis (dikeruk), tetapi mungkin tidak sempat ditambal jelang lebaran.

Pada sejumlah tempat peristirahatan masih ditemukan pemudik yang baru memulai perjalanan ke kampung halaman ke Jambi dan Riau di Lintas Timur Sumatera.

Kepadatan kendaraan di Lintas Timur Sumatera dari Riau, Jambi, Palembang hingga Lampung juga sangat kondusif. Tidak ditemukan kemacetan panjang yang disebabkan oleh kepadatan lalu lintas yang berarti.

Bagi 12 persen pemudik di Lintas Timur Sumatera yang belum kembali ke Jawa, diimbau untuk tetap berhati-hati karena kondisi jalan yang bergelombang dan banyak tambalan yang membuat permukaan aspal tidak merata. Pacu kendaraan secukupnya dan tetap waspada, baik di siang hari maupun di malam hari. (*)