Ada 145 program studi belum terakreditasi di wilayah Kopertis X

id Herri

Ada 145 program studi belum terakreditasi di wilayah Kopertis X

Koordinator Kopertis X Prof Herri (Antara Sumbar/M R Denya)

Bila dilihat dari prodi yang belum terakreditasi tersebut didominasi bidang kesehatan sebanyak 27 prodi, karena jumlahnya yang banyak
Padang, (Antaranews Sumbar) - Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah X mencatat, sekitar 145 program studi (prodi) dari keseluruhan 945 jurusan yang belum atau non terakreditasi di empat provinsi Sumbar, Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau.

"Sebagian status prodi non terakreditasi ini karena tahap akreditasi ulang menyusul habisnya waktu, selebihnya memang belum melakukan proses akreditasi" kata Koordinator Kopertis X Prof Herri di Padang, Kamis.

Dari 145 non akreditasi tersebut, prodi di Sumbar menjadi yang terbanyak dengan 69 jurusan dari 393 unit secara keseluruhan.

Dengan rincian prodi berakreditasi B dan C yang habis masanya sebanyak 1 dan 13 dan 55 belum terakreditasi.

Diikuti oleh Kepulauan Riau dengan prodi non terakreditasi dengan 42 jurusan dengan rincian berakreditasi B sebanyak 1 prodi C sebanyak 8 dan tidak terakreditasi sebanyak 33 unit.

Serta Riau dan Jambi masing-masing 19 dengan komposisi (1-10-8) dan 15 jurusan (0-7-8).

"Bila dilihat dari prodi yang belum terakreditasi tersebut didominasi bidang kesehatan sebanyak 27 prodi, karena jumlahnya yang banyak," kata dia.

Masih banyaknya prodi belum terakreditasi tersebut kata Herri berdampak negatif bagi pengembangan prodi ke depan.

Sebab selain sulit mengajukan beberapa kerja sama atau bantuan kepada berbagai instansi, prodi yang belum terakreditasi akan kesulitan menerima mahasiswa.

Mengingat saat ini masyarakat sebelum menyekolahkan putranya akan memilih akreditasi A atau B di samping C bila dekat domisili.

Sejauh ini Kopertis X telah mengimbau kampus yang belum terakreditasi tersebut untuk mempercepat akreditasi ulang dan memproses akreditasi secepatnya.

Bahkan di Kopertis telah ada program bimbingan untuk pengurusan akreditasi tersebut.

"Akreditasi penting sebab menjadi tolok ukur suatu kampus berkualitas atau tidak," kata Herri. (*)