Pacu "upiah" dan "batuang gilo" meriahkan lomba membajak sawah di Solok (Video)

id pacu upiah

Pacu "upiah" dan "batuang gilo" meriahkan lomba membajak sawah di Solok (Video)

Lomba pacu "upiah" atau menarik pelepah pinang yang di atasnya duduk rekan timnya di Solok, Kamis (10/5). (Antara Sumbar/Tri Asmaini)

Tujuan permainan anak nagari ini sebenarnya untuk mengingatkan masyarakat selalu mensyukuri nikmat Allah SWT, dan agar semakin percaya dengan kekuasaan Tuhan
Solok, (Antaranews Sumbar) - Dua permainan tradisional anak nagari yakni lomba pacu "upiah" atau menarik pelepah pinang dan "batuang gilo" atau bambu gila ikut memeriahkan lomba membajak sawah menggunakan traktor tangan atau "basikakeh roda basi" yang digelar Pemerintah Kota Solok, Sumatera Barat (Sumbar) untuk mempromosikan wisata alam daerah itu.

Kepala Bagian Humas Kota Solok, Nurzal Gustim di Solok, Kamis, mengatakan lomba menarik pelepah pinang ini merupakan permainan anak nagari yang sangat unik, permainan ini dilakukan oleh dua orang anak, satu bertugas menarik upiah atau pelepah pinang yang di atasnya duduk anak lain dengan lintasan lumpur sawah.

Sekali lepas diikuti oleh tiga tim dengan enam anak berpacu menjadi yang tercepat sampai di finish. Lomba ini menjadi ajang hiburan dan membuat ketawa penonton karena terkadang ada anak yang tergelincir dan terjatuh keluar dari lintasan.

Peserta yang dinyatakan sebagai pemenang adalah anak yang tercepat sampai di finish tanpa terjatuh dari pelepah pinang yang diduduki rekan timnya.

Sedangkan permainan anak nagari "batuang gilo" atau bambu gila juga dimainkan oleh beberapa orang yang memegang batang bambu, dengan satu pendendang atau pemusik yang memberi arah atau mantra agar bambu menjadi berat, liar dan tidak bisa dikendalikan.

Para pemuda yang menjadi peserta berupaya keras memegang batang bambu yang sudah dimantra dan berusaha mengangkatnya, namun mereka kesulitan karena batang bambu menjadi berat dan liar sehingga tidak bisa dikendalikan.

Khusus para ibu-ibu atau bundo kanduang ada lomba pacu "baluik" atau pacu belut, dan "silek tuo" atau silat tua di atas lumpur.

"Tujuan permainan anak nagari ini sebenarnya untuk mengingatkan masyarakat selalu mensyukuri nikmat Allah SWT, dan agar semakin percaya dengan kekuasaan Tuhan," kata Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Solok, Rusli Khatib Sulaiman.

Sedangkan digelar di sawah yang berlumpur atau setelah siap panen padi agar peserta tidak terluka jika terjatuh, namun yang paling penting adalah untuk mengingatkan bahwa hasil panen yang melimpah adalah karunia Allah SWT yang harus disyukuri. (*)

Video: Tri Asmaini