IKM penting perhatikan higienis produk, miliki PIRT

id Ikm

IKM penting perhatikan higienis produk, miliki PIRT

Anggota DPR RI John Kenedy Azis saat reses ke Kabupaten Limapuluh Kota, meninjau industri kecil dan menengah serta memberi bantuan modal. (Zulfikar)

Sarilamak, (Antaranews Sumbar) - Pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) penting memperhatikan higienis produk olahan yang dihasilkan sehingga bisa memiliki sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari lembaga atau pemerintah.

"Saat ini terdapat sejumlah teknologi mutakhir yang bisa digunakan agar produk olahan IKM termasuk kerupuk menjadi lebih higienis. Jelas lebih cepat memperoleh label PIRT serta halal," kata Anggota DPR RI John Kenedy Azis saat reses ke Kabupaten Limapuluh Kota, Selasa.

Hal ini disampaikan legislator asal Sumbar itu, ketika meninjau langsung industri rumah tangga pengolahan kerupuk bulan di Nagari Situjuah Gadang.

Menurut dia, kemajuan teknologi tersebut termasuk penggunaan mesin oven atau ruang termal terisolasi untuk pemanasan yang telah dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Apalagi, teknologi tersebut sudah mulai dikembangkan di Sumatera Barat dengan harga yang cukup terjangkau.

"Ini penting untuk diperhatikan semua pihak, sebab industri pengolahan kerupuk daerah cukup menentukan nasib puluhan ribu masyarakat khususnya pengusaha kecil,"kata dia.

Menurutnya, adanya sejumlah permasalahan dalam perkembangan usaha merupakan hal yang lumrah termasuk dari segi pengolahan, pengemasan, hingga pemasaran produk.

"Yang penting solusi setiap kesulitan itu pasti ada. Ditambah lagi dukungan dari instansi terkait dalam memecahkan permasalahan tersebut," ujar dia.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pembinaan dan Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Limapuluh Kota Amrinaldi mengakui kesulitan pelaku IKM dalam pengolahan makanan termasuk kerupuk di daerah itu adalah soal kebersihan.

Ia menyampaikan IKM tidak dapat memperoleh PIRT dari instansi terkait disebabkan produk olahan dinilai belum higienis, termasuk banyaknya debu dalam proses pengolahan.

"Solusinya ialah penggunaan mesin oven, namun harganya cukup mahal," kata dia.

Saat ini pemerintah setempat sedang berusaha untuk dapat menggunakan teknologi temuan LIPI di daerah Subang yakni menjadikan ruangan atau bangunan berukuran empat kali empat meter sebagai mesin oven.

"Dengan ukuran tersebut, dapat diolah sekitar 100 kilogram ubi mentah sebagai bahan baku untuk satu kali proses," kata dia.

Ia menjelaskan penggunaan bangunan sebagai mesin oven tersebut dilakukan dengan menutup dindingnya agar hawa panas tidak keluar. Kemudian digunakan gasolek sebagai alat yang dipanaskan menggunakan gas untuk mengeluarkan infrared.

Selanjutnya ada alat tambahan lain temasuk gas tiga kilogram yang diperkirakan dapat bertahan selama sembilan jam. "Untuk produksi 100 kilogram ubi hanya membutuhkan waktu dua jam," kata dia.

Secara umum, ia menyebutkan terdapat 300 pengrajin kerupuk di Nagari Situjuah dengan produksi per IKM mencapai 30 kilogram per hari. Berdasarkan jumlah tersebut, diperkirakan daerah itu memproduksi sembilan ton kerupuk per hari.

Dalam pengolahannya, setiap IKM mempekerjakan dua hingga empat karyawan atau tergantung jumlah produk olahan per harinya, kata dia.

Ia berharap teknologi tersebut benar-benar dapat diaplikasikan di Nagari Situjuah sehingga produk olahan kerupuk bulan dan lainnya dapat memperoleh PIRT dan label halal.

"Jika keduanya telah didapatkan, kami tentu akan membuat brand baru berdasarkan kesepakatan bersama nantinya," ujar dia.

Pada kesempatan reses tersebut, anggota DPR RI John Kenedy Azis juga menyerahkan bantuan uang tunai kepada pengusaha kerupuk untuk membeli mesin oven.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia John Kenedy Azis (tengah) saat meninjau lokasi pembuatan kerupuk olahan masyarakat di Kabupaten Limapuluh Kota. *