Hitler dan Frankenstein Bersaing dalam Pemilu Lokal India

id Hitler dan Frankenstein Bersaing dalam Pemilu Lokal India

Shillong, India, (Antara/AFP) - Politikus bernama Adolf Hitler dan Frankenstein berada di antara 345 daftar calon, yang bersaing dalam pemilihan umum di negara bagian India dengan sejumlah nama "aneh" lain. Dalam pemilihan untuk memperebutkan 60 kursi legislatif di negara bagian Mehgalaya, wilayah di India timurlaut, mereka bersaing dengan sejumlah nama unik lain, seperti, Bombersingh, Boldness Billykid, Predecessor and Process, Hopingstone Lyngdoh, Hillarious Pochen dan Hopeful Bamon. Nama yang tidak biasa ditemukan di Meghalaya itu merupakan warisan dari era kolonial, ketika banyak warga Inggris tinggal di ibu kota negara bagian Shillong karena faktor iklim. Shillong terkenal sebagai "Skotlandia dari Timur" dan berkembang menjadi pusat penyebaran agama para misionaris asing serta bahasa Inggris. Hingga hari ini, bahasa Inggris digunakan oleh penduduk yang tinggal di negara bagian itu, tetapi tidak dengan fasih. Sejarawan mengatakan hubungan erat dengan Inggris pada masa lampau mengakibatkan banyaknya warga di sana yang menamai anaknya dengan kata dari bahasa Inggris atau tokoh terkenal pada masa lampau, padahal mereka tidak mengerti siapa atau apa artinya. "Seringkali mereka tidak tahu latar belakang dari nama tersebut, mereka tertarik menggunakan nama itu hanya untuk dibilang modern," kata Sanjeep Kakoty, Profesor Sejarah dari Institut Manajemen India di Shillong kepada AFP. Politikus berkepala gundul Adolf Lu Hitler-Marak mengatakan orangtuanya tidak tahu latar belakang namanya yang kontroversial itu dan dia meyakinkan bahwa tidak ada kesamaan antara dirinya dan diktator Nazi itu kecuali kumis yang melekat di wajah mereka. "Mungkin orang tua saya menyukai nama ini, tetapi saya bukan diktator," katanya kepada AFP. Anggota Partai Kongres Nasionalis itu bersaing di daerah pemilihan Bajengdoba di bagian barat Meghalaya. Pada masa lampau, sejumlah toko dan restoran yang memiliki nama berunsur Hilter dipaksa untuk mengubah namanya setelah mendapat protes. Hitler-Marak tidak pernah mendapatkan masalah itu, bahkan dia pernah sekali menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan -- sebuah pengakuan oleh 2,9 juta warga bahwa sebuah nama, walaupun aneh dan bernuansa skandal, tetap saja sebuah nama. "Orang tua boleh saja membabptis anak mereka dengan nama-nama yang lucu, tetapi selama para kandidat menjalankan tugasnya dengan baik, kami tidak pernah bermasalah dengan hal itu," kata Class One. Apalah artinya sebuah nama, katanya kepada AFP. Hasil pemilu di negara bagian tersebut akan diumumkan pada 28 Februari mendatang. (*/jno)