Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang, Sumatera Barat, menyatakan aktivitas kegempaan di zona megathrust Mentawai meningkat sejak Rabu (4/4) dini hari.
"Sejak Rabu sudah lebih dari 10 kali Kepulauan Mentawai diguncang gempa dengan kekuatan di bawah 5 skala richter," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Rahmat Triyono dihubungi dari Padang, Jumat.
Meskipun energi gempa yang dilepaskan relatif kecil yakni di bawah 5 skala richter, namun hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tektonik di wilayah Kepulauan Mentawai, jelasnya.
Gempa-gempa tersebut diakibatkan oleh aktivitas subduksi lempeng di Samudra Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai, jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke Selatan Nusa Tenggara.
Hal tersebut dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan yang non vulkanik di Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano.
Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan lebih kurang 50-60 milimeter per tahun, hal ini menunjukkan bahwa wilayah pantai barat Sumatera termasuk daerah yang aktivitas kegempaannya tinggi.
Dengan adanya peningkatan aktivitas kegempaan pada zona megathrust Mentawai ini, kata dia masyarakat diimbau tidak panik dan tetap meningkatkan kewaspadaan karena gempa bumi setiap saat dapat terjadi dan hingga sekarang belum ada teknologi yang dapat diprediksinya.
Sejak Rabu (4/4) sudah lebih dari 10 kali gempa yang mengguncang Mentawai, namun hanya dua yang dirasakan getarannya oleh masyarakat, salah satunya pukul 06.46 WIB dengan kekuatan 4,8 SR yang dirasakan di Siberut, Tua Pejat, Sipora namun tidak ada laporan kerusakan.
"Kami harap masyarakat tidak panik, namun tetap meningkatkan kewaspadaan," ujar Rahmat.
BMKG Padang Panjang akan selalu memonitor dan memperbaharui perkembangan terhadap peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah Kepulauan Mentawai.
Selain itu selama 2017, BMKG mencatat 409 gempa bumi tektonik mengguncang Sumbar meningkat dibanding 2016 sebanyak 195 kejadian.
Sebelumnya Pakar Gempa dari Universitas Andalas (Unand) Dr Badrul Mustafa mengatakan Sumbar secara umum belum termasuk kepada daerah yang sadar gempa karena di beberapa kabupaten/kotanya masih terdapat bangunan tidak tahan bencana itu.
"Saya ingin pemerintah setempat dapat mendorong daerah-daerah yang rawan bencana gempa dan tsunami dapat meningkatkan kesiapsiagaannya baik itu fisik dan non fisik dalam menghadapi bencana itu," katanya.