Padang, (Antaranews Sumbar) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang, Sumatera Barat, menekan golongan putih (golput) pada pilkada 2018 dengan melakukan sosialisasi secara intensif.
"Setelah pendataan pemilih dilaksanakan kami juga melakukan sosialisasi secara intensif," kata Komisioner KPU Padang, Yusrin Trinanda di Padang, Senin.
Menurutnya sosialisasi secara terus-menerus akan memperoleh hasil yang optimal dalam menekan golput. Pihaknya menargetkan partisipasi pemilih pada pilkada 2018 mencapai 77,5 persen atau naik dari sebelumnya yang berkisar sekitar 55 persen.
Ia menyebutkan, KPU melakukan tatap muka dengan masyarakt untuk sosialisasi pilkada sebanyak 10 kali dan bekerja sama dengan lembaga lain 15 kali.
Kemudian untuk tingkat kecamatan yang dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dilakukan sosialisasi sebanyak 22 kali, dan 208 ditingkat kelurahan. Belum lagi dari relawan demokrasi dan kegiatan lainnya.
"Dari pemerintah kota juga ada, yakni memasang imbauan memilih pada 27 Juni 2018 di kaca mobil," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan partai politik turut bertanggung jawab dalam menyosialisasikan pilkada 2018 untuk meningkatkan partisipasi pemilih.
"Meningkatkan partisipasi pemilih memang salah satu tugas KPU, namun parpol sebagai peserta pesta demokrasi juga harus mengambil bagian," katanya.
Menurutnya tercapainya target partisipasi pemilih ditentukan oleh tiga hal, yakni sosialisasi KPU, parpol, dan masyarakat. Jika KPU dan parpol sudah gencar maka penentuan terakhir adalah masyarakat.
Sebelumnya KPU Padang telah menetapkan data pemilih sementara untuk pilkada 2018 sebanyak 536.045 orang yang terdiri dari 262.242 laki-laki dan 273.803 perempuan yang tersebar di 11 kecamatan pada 104 kelurahan yang ada di kota itu.
Sementara Pengamat Politik dari Universitas Negeri Padang Dr Eka Vidya menilai golput dipicu oleh masyarakat sudah jenuh, apalagi dengan banyaknya janji-janji ketika kampanye yang tidak dipenuhi ketika menjabat.
Menurutnya masyarakat saat ini sudah bijak dalam menilai suatu hal. Misalnya ketika pemilu, politikus menjanjikan kesejahteraan namun pada kenyataannya mereka berpikir nasibnya begitu saja dari tahun ke tahun.