Sinergi BUMN Poles Pariwisata di Ranah Minang

id BUMN, Pariwisata, Sumbar

Sinergi BUMN Poles Pariwisata di Ranah Minang

(ANTARA SUMBAR/Maril Gafur)

Meski Sumatera Barat belum masuk pengembangan pariwisata prioritas nasional pada 2017, namun sektor perpelancongan di daerah itu terus berbenah karena potensi alam Ranah Minang tidak kalah dibandingkan daerah lainnya.

Sebagai salah satu pilar perekonomian, pengembangan pariwisata merupakan hal yang mutlak, apalagi angka kunjungan wisatawan ke daerah itu terus naik setiap tahun.

Salah satu dukungan pengembangan pariwisata Sumbar diprakarsai oleh sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) melalui Kementerian BUMN yang mengalokasikan anggaran Program Bina Lingkungan (PBL) untuk memoles objek wisata unggulan Sumbar.

Program sinergitas BUMN hadir untuk negeri itu sudah berlangsung sejak 2016, dimulai dengan menambah taman di kawasan Pantai Padang, revitalisasi pusat kuliner dan cenderamata kawasan panorama Kota Bukittinggi.

Selain itu fasilitas dan infrastruktur yang ada di kawasan Pantai Padang juga telah dibangun sejak 2016 berupa tempat sampah, taman, tiang lampu pantai, mushala dan wadah air bersih.

BUMN yang terlibat dalam berpartisipasi mengalirkan PBL di kawasan objek wisata Pantai Padang tersebut, antara lain Perum Pegadaian, Garuda Indonesia, Jiwasraya, Pelindo, Angkasa Pura II, Grand Inna, dan beberapa lainnya.

Sedangkan perusahaan plat merah yang berpartisipasi dalam program revitalisasi pusat kuliner dan cenderama kawasan panorama Bukittinggi, antara lain BNI, Semen Indonesia, Telkom, Garuda Indonesia, Permodalan Nasional Madani (PNM), dan sejumlah BUMN lainnya.

Apabila masyarakat menyempatkan berkunjung ke kawasan panorama Bukitinggi, pemandangannya kini sudah berubah karena tempat pedagang kuliner dan cenderamata makin tertata rapi dan bersih.

Seorang pengunjung Rio di kawasan panorama Bukittinggi mengaku senang dengan pembenahan dan bertambahnya fasilitas di kawasan objek wisata andalan itu.

Sebab, kebersihan makin terjaga di kawasan pintu masuk Lubang Jepang itu, pengunjung sudah mudah untuk membuang sampah sisa makanan kemasan karena wadahnya sudah bertambah. Bak sampah pun sudah dipilah antara organik dan nonorganik.

Pria satu anak itu menambahkan ada pula mushalla dan air bersih yang tersedia, begitu pula pagar di pinggir tebing Ngarai Sianok sudah diperbaiki. Bahkan yang memesona, ada satu menara untuk pengunjung bisa menatap indahnya Ngarai Sianok secara utuh dipandang dari ketinggian.

Pembenahan pariwisata Sumbar tersebut mendapat perhatian langsung dari Menteri BUMN Rini Soemarno yang berkunjung ke Bukittinggi dan Sawahlunto pada Februari 2017 untuk meninjau objek wisata yang sudah di poles BUMN yang dikoordinir Perum Pedagadaian.

Dalam kunjungan itu, Menteri BUMN Rini Soemarno menilai Sumbar memiliki banyak destinasi wisata yang potensial untuk dikembangkan.

"Seperti Bukittinggi, sebagai salah satu kota tujuan wisata di Sumbar, banyak wisatawan yang ingin berkunjung," ujarnya.

Namun ia menyayangkan di hari-hari besar, waktu tempuh menuju kota itu memakan waktu lebih lama karena kepadatan arus lalu lintas.

"Ini yang harus dicari solusinya karena bisa saja berdampak wisatawan enggan datang sebab hanya akan menghabiskan waktu di jalan. Berhubung sudah ada jalur kereta api, maka bersama Kemenhub kita upayakan reaktivasi jalur yang sudah ada," katanya.

Di samping mendorong reaktivasi jalur kereta api, ia juga mendorong BUMN yang beroperasi di daerah itu melaksanakan program guna mendukung pariwisata, seperti pembangunan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) dan rumah tinggal (homestay).

Target pemerintah pada 2019, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 20 juta. Tahun 2018 ada banyak kegiatan yang digelar di Indonesia dan diharapkan para tamu dapat berkunjung ke daerah lain, selain ke lokasi kegiatan, jadi harus berbenah, katanya.

Tiga Paket

Untuk memoles pariwisata Sumbar, Asisten Deputi (Asdep) Usaha Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Bandung Pardede bersama Direktur Utama Perum Pegadaian Riswinandi, serta Perwakilan dari BUMN bersama Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sumbar serta jajaran pimpinan BUMN perwakilan langsung merumuskan program pengembangan sektor pariwisata Sumbar untuk 2017, melalui sinergitas BUMN.

Dirut Pegadaian Riswinandi mengatakan program yang sudah dilaksanakan pada tahun lalu, namun masih ada yang belum tuntas akan diselesaikan sejalan dengan memulai program paket tahun ini.

"Program sinergitas BUMN untuk berperan dan berpartisipasi dalam memajukan pariwisata Sumbar dilanjutkan pada tahun ini," katanya.

Sementara itu, Asdep Usaha Sarana dan Prasarana Perhubungan BUMN Bandung Pardede menjelaskan, tiga paket dalam sinergi BUMN pada tahun ini. Pertama, fokus pada revitalisasi sarana dan prasarana penunjang di kawasan objek wisata.

Kedua, fokus peningkatan sumber daya manusia (SDM), dalam bentuk membekali keterampilan terhadap pemandu wisata dan pedagang pedagang kuliner dan cenderamata.

Ia mengatakan dalam rancangan program sinergitas BUMN bahwa pemandu wisata Sumbar ke depannya mulai ditempatkan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), di kawasan-kawasan objek wisata.

Sedangkan fokus ketiga, promosi potensi pariwisata Sumatera Barat ke nasional dan internasional, terutama negara tetangga atau Malaysia yang memiliki akar budaya sama dengan Minangkabau.

Karena itu, semua perusahaan pelat merah yang ada di Sumbar akan mengambil andil pada paket-paket yang sudah ditentukan tersebut. Tentunya bersinergi dengan instansi terkait di provinsi dan kabupaten dan kota di daerah itu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumatera Barat Oni Yulfian saat perumusan rancangan program sinergitas BUMN mengungkapkan objek wisata yang butuh dipoles pada 2017 yakni, Istana Pagaruyung di Kabupaten Tanah Datar dan wisata bahari Kepulauan Mentawai.

Selanjutnya, Danau Kembar di Kabupaten Solok, bekas tambang di Kota Sawahlunto dan Lembah Harau di Kabupaten Limapuluh Kota serta kawasan Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan.

Ia mengaku cukup terbantu dengan program sinergitas BUMN pengembangan sektor pariwisata melalui PBL, dan meminta pemerintah kabupaten/kota serta semua pihak agar responsif dan memberi dukungan.

Keindahan dan pesona alam Ranah Minang mendapat perhatian banyak pihak untuk dikembangkan secara berkesinambungan, diharapkan dapat berkontribusi menggerakan perekonomian daerah. (*)