Jakarta, (Antara Sumbar) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengevaluasi media-media online atau daring yang memproduksi berita-berita bohong yang menyertakan sumber yang tidak jelas.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat memimpin Rapat Terbatas dengan Topik Antisipasi Perkembangan Media Sosial di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.
"Penegakan hukum harus tegas dan keras untuk hal ini. Dan kita harus evaluasi media-media online yang memproduksi berita-berita bohong tanpa sumber yang jelas, dengan judul yang provokatif, mengandung fitnah," kata Presiden, menegaskan.
Ia juga meminta gerakan yang masif untuk melakukan literasi, edukasi, dan menjaga etika, keadaban masyarakat dalam bermedio sosial.
Menurut dia, gerakan ini penting untuk mengajak netizen mengampanyekan cara berkomunikasi melalui media sosial yang baik, yang beretika, yang positif, yang produktif, dan yang berbasis nilai-nilai budaya bangsa.
"Teknologi informasi berkembang dengan sangat luar biasa dan kita mendapatkan data bahwa di Indonesia sekarang ada 132 (juta) pengguna internet yang aktif atau sekitar 52 persen dari jumlah penduduk yang ada. Dari jumlah pengguna internet tersebut ada sekitar 129 juta yang memiliki akun media sosial yang aktif," tuturnya.
Sebanyak 129 juta pengguna internet tersebut tercatat aktif di media sosial.
"Dan yang menarik rata-rata menghabiskan waktu rata-rata 3,5 jam per hari untuk konsumsi internet melalui handphone," ucapnya.
Oleh sebab itu, kata Presiden, perkembangan teknologi yang sangat pesat itu harus betul-betul diarahkan dan dimanfaatkan ke arah yang positif atau ke arah untuk kemajuan bangsa.
Hal itu dinilainya perlu untuk menambah pengetahuan, wawasan, menyebarkan nilai-nilai positif, nilai-nilai optimisme, nilai-nilai kerja keras, integritas, kejujuran, nilai-nilai toleransi dan perdamaian, solidaritas, dan nilai-nilai kebangsaan.
"Media sosial harus dikembangkan ke arah yang produktif mendorong kreativitas dan inovasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kita," ujarnya.
Namun, ia juga harus menyadari bahwa teknologi informasi memberikan dampak yang negatif bagi masyarakat.
Presiden mencontohkan seperti yang bisa dilihat akhir-akhir ini dengan banyaknya berseliweran informasi yang meresahkan, mengadu domba, dan yang memecah-belah.
"Muncul ujaran-ujaran kebencian, pernyataan-pernyataan yang kasar, yang mengandung fitnah, yang provokatif, dan kalau kita lihat bahasa-bahasa yang dipakai juga bahasa-bahasa yang misalnya bunuh, bantai, gantung, sekali lagi ini bukan budaya kita, bukan kepribadian kita, dan oleh sebab itu jangan sampai kita habis energi untuk hal-hal seperti ini dan saya minta," imbuhnya. (*)