Jakarta, (Antara Sumbar) - Pakar bidang virus dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Dr Surachmi Setyaningsih meminta masyarakat Indonesia untuk mewaspadai virus zika.
"Dengan terdeteksinya virus zika di Singapura, Indonesia harus waspada karena potensi penularannya sangat tinggi, yakni nyamuk aedes aegypti-nya ada, lingkungan mendukung, dan kepedulian masyarakatnya kurang," ujar Surachmi di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan hal itu merupakan faktor risiko yang dianggap penting dan digarap serius.
Ia mengatakan saat ini Singapura sudah melaporkan adanya serangan virus zika pada manusia. Karena ada isu bahwa virus ini kemungkinan ada hubungan dengan bayi yang akan dilahirkan, mereka mendeteksi walaupun gejalanya ringan seperti demam, mata merah, bercak merah (seperti demam berdarah).
"Singapura dengan kita kan dekat, saya kira nyamuknya tidak berbeda jauh spesiesnya dengan kita. Mereka yang sanitasinya bagus bisa tertular, maka kita harus siap dan tingkatkan kewaspadaan," imbuh dia.
Penyebaran virus zika harus diwaspadai karena manusia menyediakan habitatnya. Lingkungan rumah dan sekeliling kita penuh dengan wadah air yang bisa mengakibatkan Aedes aegypti berkembang. Ada kaleng bekas, ada sisa barang yang menumpuk di dalam rumah kita dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
"Hasil pengamatan jentik di beberapa daerah menunjukkan angka bebas jentik di Bogor masih jauh dari standar pemerintah. Rata-rata baru mencapai 17-18 persen, kata pakar bidang nyamuk FKH IPB,Prof Dr Upik Kesumawati.
Hasil penelitian menunjukkan Aedes aegypti adalah nyamuk yang tangguh, tidak hanya mampu bertelur di tempat yang jernih, tapi juga bisa bertelur di air yang berpolusi.
Nyamuk ini mudah beradaptasi dengan lingkungan. Perilaku nyamuk Aedes aegypti yang dianggap nyamuk siang hari ternyata hasil riset menemukan nyamuk ini ditemukan pada malam hari. Ini adalah perubahan perilaku adaptif dari Aedes aegypti.
Menurut Prof Upik, nyamuk mudah dikendalikan asalkan mau mengendalikan vektor Aedes aegypti dengan 3M plus yakni mengubur, menguras dan menghilangkan wadah yang mengandung air. Pola hidup sehat dan lingkungan yang bersih. Bersihkan tempat penampungan air, minimal seminggu sekali dan gosok hingga bersih karena telur aedes aegypti menempel di dinding wadah.
"Istimewanya telur aedes aegypti bisa bertahan hidup walaupun tidak ada air. Telurnya tahan kering, begitu ada air hujan dia berkembang lagi. Beda dengan nyamuk lain kalau tidak ada air akan mati. Intinya adalah menutup wadah air," kata Upik.
Penyebaran virus zika sudah diketahui sejak tahun 1947 dan pertama ditemukan pada monyet di Afrika. Setelah itu, virus ini diketahui menyebar ke Asia. Selanjutnya, pada tahun 2007 mulai banyak menular dan meletus ketika akhir 2014 hingga 2015 bahkan sampai sekarang masih ada. (*)
Berita Terkait
Kasus Infeksi Zika Vietnam Meningkat Dua Kali Lipat
Kamis, 3 November 2016 7:24 Wib
Enam Orang Terjangkit Zika di Malaysia
Kamis, 15 September 2016 9:54 Wib
Kemenkes Ajak Masyarakat Cegah Penyakit Zika
Senin, 12 September 2016 12:51 Wib
Dinkes: Cegah Penyebaran Virus Zika dengan PSN
Rabu, 7 September 2016 21:24 Wib
Dinkes Sumbar Tingkatkan Pengawasan Virus Zika
Rabu, 7 September 2016 17:36 Wib
Pesisir Selatan Imbau Warga Waspadai Virus Zika
Selasa, 6 September 2016 19:32 Wib
Virus Zika Singapura Pukul Pariwisata Batam
Senin, 5 September 2016 16:30 Wib
Komisi IX Desak Kemenkes Teliti Virus Zika
Senin, 5 September 2016 10:04 Wib