Kesenian Randai Turut Meriahkan Lebaran Di Sawahlunto

id randai

Kesenian Randai Turut Meriahkan Lebaran Di Sawahlunto

Penampilan pemuda Nagari Lunto, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang tergabung dalam Group Randai Tapian Janiah di Lapangan Silo Kecamatan Barangin. Foto: dok Antara Sumbar (Rully Firmansyah)

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Kesenian tradisi khas suku Minangkabau, Randai turut memeriahkan perayaan lebaran Idul Fitri 1437 Hijriyah di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat(Sumbar), Jumat malam (8/7).

"Grup randai yang ditampilkan merupakan kelompok seni lokal kota itu, yakni Ranah Sakato dari Desa Salak Kecamatan Talawi, merupakan peraih peringkat pertama pada Festival Randai 2016 tingkat Kota Sawahlunto yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat beberapa waktu lalu," kata Kepala Bidang Kebudayaan dinas tersebut, Khusriandi.

Kali ini, lanjutnya, grup tersebut membawakan kisah "Lareh Simawang" yang menceritakan tentang penyesalan seorang kepala keluarga karena telah menelantarkan keluarga, yang berujung pada meninggalnya istri dan anaknya yang memilih bunuh diri karena tidak sanggup menahan penderitaan hidup.

Menurutnya, penampilan beberapa jenis kesenian tradisi dari berbagai etnis selama libur lebaran tahun ini dan berlangsung sejak 7 hingga 10 Juli 2016 itu, merupakan salah satu strategi pihaknya untuk lebih menguatkan label kota wisata tambang yang berbudaya sebagaimana dituangkan dalam Perda nomor 2 tahun 2001 tentang visi Kota Sawahlunto.

Sehingga, lanjutnya, kota itu dapat memunculkan sebuah karakter pembeda dalam menghadapi persaingan antar daerah untuk merebut peluang pasar sebagai destinasi wisata di provinsi Sumbar.

"Selain itu kami juga menargetkan kegiatan ini mampu menjadi sebuah tontonan menarik bagi para perantau yang berlebaran di kampung halamannya dan menjadi kenangan tersendiri yang mampu menggerakkan hati mereka untuk ikut mengenalkan potensi pariwisata kota ini saat kembali ke perantauan," harapnya.

Sementara itu, salah seorang perantau, Cindy Mustika (23) mengaku ia beserta keluarga sangat antusias menyaksikan kegiatan tersebut.

"Kami bisa lebih mengenal seni tradisi berbagai etnis di Sawahlunto, tanpa harus mengunjungi langsung daerah tempat kesenian itu berasal," kata dia.

Hal senada juga diungkapkan perantau lainnya, Dedi Irawadi(42), menurutnya Kota Sawahlunto dianggap sudah memiliki modal yang cukup sebagai destinasi wisata.

"Yang perlu diperhatikan lagi adalah kemasan promosi dan materi unggulan yang harus dikelompokkan sesuai pemetaan sasaran penetrasi pasar, agar pengembangan berjalan efektif dan efisien," ujar dia.