Mentawai, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) membagikan sebanyak 13.200 lembar kelambu tidur untuk masyarakat di daerah itu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Lahmuddin Siregar di Tuapejat, Kamis, mengatakan, kelambu yang dibagikan tersebut merupakan salah satu program pencanangan pekan kelambu massal.
"Kelambu tersebut dibagikan untuk masyarakat di sepuluh kecamatan di Kabupaten Mentawai," katanya.
Ia menjelaskan, pekan kelambu massal yang digerakkan bekerja sama dengan Global Fund, Aids, Tuberculosis, dan Malaria (ATM) tersebut, merupakan upaya penanganan dan menanggulangi penyakit malaria di Mentawai yang masih tinggi.
"Ini adalah salah satu langkah kami mencegah penyakit malaria dengan kelambunisasi. Juga sebagai bentuk dukungan program gempur habis nyamuk malaria," katanya.
Lahmudin mengungkapkan, untuk kasus penyakit malaria di daerah tersebut, angkanya masih cukup tinggi. Menurutnya pada 2015 angka kesakitan malaria per 1.000 penduduk dalam setahun atau per mil di Mentawai mencapai 5,65 per mil. Sementara, tahun 2016 angka kesakitan malaria 5,86 per mil.
"Ini memang angka yang masih cukup tinggi bersamaan dengan Kabupaten Solok Selatan dan Pesisir Selatan. Oleh karena itu, kami menargetkan tahun 2019, penyakit malaria sudah tereliminasi, minimal angka kesakitan malaria turun menjadi 1 per mil," ungkapnya.
Kegiatan itu katanya, juga sejalan dengan tujuh pesan Sikerei yang telah dicanangkan Menteri Kesehatan beberapa waktu lalu. Salah satu bunyi pesan tersebut, yakni eliminasi penyakit kaki gajah dan malaria.
Di antara desa yang mendapatkan bantuan kelambu berinsektisida tersebut, yakni Desa Matobe, Mara, Nemnemleleu, Saurenu, Betumonga, Bosua, Beriulou, Madobak, Malacan, dan Sagulubek. Penyerahan bantuan tersebut akan dilakukan selama sepekan hingga 28 Mei 2016.
Royko (40) salah seorang warga penerima bantuan kelambu dari desa Beriulou mengaku bersyukur bisa mendapatkan bantuan tersebut.
Ia berharap kelambu tersebut dapat terbagi rata di seluruh masyarakat di pulau tersebut.
"Di tempat kami jarang pedagang yang menjual kelambu seperti ini, biasanya harus dibeli di Kota Padang," katanya. (*)