Panen Manggis Tingkatkan Peredaran Uang di Sawahlunto

id Panen Manggis

Sawahlunto, (Antara) - Produksi buah manggis Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, ikut memberi peningkatan peredaran uang di daerah itu sejak satu bulan terakhir.

Salah seorang warga Desa Lunto yang juga agen pengumpul, Syafri Chandra (36) di Sawahlunto, Kamis, mengatakan, daerah penghasil buah manggis yakni Desa Lunto, Desa Lumindai dan Desa Kubang, mampu menghasilkan sekitar lima ton setiap harinya yang dijual ke pedagang pengumpul lokal atau yang datang dari berbagai wilayah sekitar.

"Pedagang pengumpul lokal saja mampu menyerap hasil panen masyarakat sekitar satu setengah ton per hari," katanya.

Ia membeli sesuai harga pasar yakni antara Rp10 ribu - Rp15 ribu per kilogram, sesuai kualitas hasil panen masyarakat.

Padahal lanjutnya, jika dilihat dari jumlah tonase panen saat ini cenderung menurun dari tahun sebelumnya, namun terjadi peningkatan terhadap kualitas buah sehingga harga beli di tingkat masyarakat menjadi tinggi berdasarkan spesifikasi berat sebanyak delapan buah dalam satu kilogramnya.

"Kita memperkirakan sedikitnya terjadi perputaran uang sebesar Rp500 juta hingga Rp1 miliar selama musim panen kali ini," ujar dia.

Uang tersebut, lanjut dia, biasanya disimpan oleh masyarakat ke lembaga perbankan yang ada melalui kelompok-kelompok simpan pinjam yang mereka bentuk secara mandiri berdasarkan tatanan masyarakat adat.

Uang simpanan itu di samping untuk membiayai kebutuhan sandang, pangan dan papan juga untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.

Simpanan mereka jelas dia, nantinya akan dicairkan jelang memasuki bulan suci Ramadhan, karena kebiasaan masyarakat setempat yang memilih untuk tidak beraktifitas selama bulan tersebut hingga berakhirnya masa libur lebaran.

"Jumlah simpanan yang terkumpul minimal mencapai Rp10 juta lebih untuk masing-masing kepala keluarga," katanya.

Terkait potensi pemasaran buah ia mengatakan hingga saat ini serapan pasar global terhadap produk tersebut sangat tinggi di beberapa negara-negara kawasan Asia seperti di Thailand dan Malaysia, hingga saat ini permintaan dari negara-negara tetangga tersebut belum terpenuhi seluruhnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Fraksi PPP NasDem dan PAN Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Sawahlunto, Epy Kusnadi, menilai potensi buah manggis di kota itu perlu mendapatkan perhatian oleh pihak Pemerintah Kota Sawahlunto.

"Dari pengamatan kami, ada beberapa kendala yang kerap menimpa masyarakat para pelaku usaha tersebut selama ini, di antaranya masalah kestabilan harga pasar serta permodalan yang masih dikendalikan pihak pemodal besar dari luar daerah," kata dia.

Menurutnya kondisi tersebut memicu kondisi tidak maksimalnya keuntungan yang diperoleh masyarakat dan hal itu belum menjadi perhatian serius pihak pemerintah daerah.

Padahal dengan terbukanya peluang pasar cukup besar serta adanya usaha masyarakat berbasis kearifan lokal dalam mengembangkan budidaya buah manggis seharusnya bisa menjadi salah satu pilihan program kegiatan bagi institusi terkait sebagai upaya untuk menyejahterakan masyarakat.

Hal itu, lanjutnya, jauh lebih baik daripada mengedepankan kegiatan-kegiatan yang hanya berdasarkan selera dan kemauan pimpinan, tanpa menghitung nilai manfaat yang bisa dinikmati masyarakat jika dibandingkan dengan uang negara yang harus dikeluarkan untuk membiayai kegiatan tersebut.

"Mari program-program kegiatan miskin manfaat demi mengejar kebanggaan individu dan kelompok dan memulai untuk mengembangkan potensi-potensi berbasis kearifan lokal, dengan memberdayakan seluruh masyarakat pelaku melalui perlakuan yang sama dalam mendapatkan pelayanan prima dan berkualitas," kata dia. (*)