Solok Selatan miliki tiga varietas manggis terbaik jenis langka berusia puluhan tahun

id Risa Herfina,bibit manggis unggul solok selatan,berita solok selatan,sumbar

Solok Selatan miliki tiga varietas manggis terbaik jenis langka berusia puluhan tahun

Kepala Bidang Holtikultura Dinas Pertanian Solok Selatan, Risa Herfina. (Antara/Erik IA)

Payakumbuh, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat ingin menjadi daerah penyedia bibit manggis berkualitas di Sumatera dan sekarang sudah ada 25 batang pohon indukan yang bersertifikat untuk tiga varietas.

Kepala Bidang Holtikultura Dinas Pertanian Solok Selatan Risa Herfina, di Padang Aro, Selasa, mengatakan, dari 25 batang pohon indukan yang sudah ditetapkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) yaitu varietas kali gesing satu batang, ratu tembilahan 20 batang dan ratu kamang empat batang.

"Ratu tembilahan dan ratu kamang merupakan manggis terbaik dan jenis langka sehingga memiliki nilai jual tinggi dan beruntung ada di Solok Selatan," katanya.

Dia menjelaskan, ketiga jenis manggis ini diketahui varietas kali gesing, ratu kamang dan ratu tembilahan setelah dilakukan tes DNA dimana daunnya dikirim ke Balitbu untuk di uji.

"Pohon induk tersebut sudah berusia puluhan tahun tetapi belum diketahui jenisnya sampai dilakukan tes DNA," ujarnya.

Dari 25 batang pohon indukan ini katanya, berpotensi menghasilkan bibit 6.000 sampai 8.000 batang pertahun.

Untuk jenis ratu Kamang dan ratu Tembilahan sudah ada daerah lain yang menanyakan ketersediaan bibit tetapi karena tingginya belum mencukupi sehingga belum bisa dijual.

Untuk pembibitan tiga varietas manggis ini katanya, sudah dimulai sejak 2020 dan tingginya baru 30 centimeter.

"Syarat Persyaratan Tekhnis Minimal (PTM) untuk pengadaan pemerintah harus 50 centimeter dan untuk mencapai tinggi tersebut butuh dua tahun," ujarnya.

Ketiga pohon indukan manggis ini merupakan milik kelompok tani Palawija Saiyo dan dipersiapkan untuk penyedia bibit manggis berlabel.

Untuk tes DNA merupakan inisiatif dan biaya sendiri oleh kelompok Palawija Saiyo pada awalnya kemudian baru dibantu pemerintah daerah. (*)