"Kaburnya" Penderita Kanker Rahim

id Kaburnya Penderita Kanker Rahim

"Kaburnya" Penderita Kanker Rahim

Penderita kanker rahim, Nurjanah, terbaring lemah di rumahnya karena tidak memiliki biaya operasi

Nurjanah (50) seolah-olah pasrah dan menyerahkan takdir hidupnya kepada yang Kuasa, karena penyakit kanker rahim yang dideritanya, tak jua menampakkan tanda-tanda akan sembuh.Saat rasa sakit tak terperi dan terus menghujam jantung, wanita paroh baya ini, akhirnya menyerah dan mau dibawa ke rumah sakit untuk pengobatan.Namun, saat telah menginap dua malam di RSUD Solok dan dikabari akan segera dioperasi, Minggu (6/6), Nurjanah "terpaksa kabur" untuk kembali ke rumahnya. Ini terpaksa dilakukannya karena ketiadaan biaya.Meski tidak dikenakan biaya untuk pelaksanaan operasi sama sekali, tapi, Nurjanah yang merupakan warga Jorong Galanggang Nagari Gaung Kecamatan Kubung Kabupaten Solok itu tetap tidak mau dioperasi.Untuak operasi yo gratis, tapi untuak pambali ubek jo makan salamo di rumah sakik, sia nan ka mambaia (Untuk operasi memang gratis, tapi untuk pembeli obat dan pembeli makanan selama di rumah sakit siapa yang akan membayar)," katanya dengan air mata berlinang.Apa yang dikatakan Nurjanah, memang tidak berlebihan. Apalagi, saat ditemui antara-sumbar, wanita ini tengah makan nasi putih dengan lauk berupa pucuk petai dan kacang panjang yang dicampur dengan sedikit garam dan dibubuhi cabe hijau.Sambil terus menyuapkan nasi ke mulutnya yang mulai keriput, butiran bening dari pelupuk matanya, terus saja jatuh satu per satu, bahkan masuk ke piring berisikan nasi yang akan dimakannya."Raso sakik ko indak kunjuang hilang, tarutamo di bagian paruik (Rasa sakit ini tak kunjung hilang, apalagi di bagian perut)," katanya terbata-bata.Akibat penyakit yang menderanya itu, sekarang Nurjanah tidak lagi bisa menjalankan profesinya sebagai seorang pedagang sayur. Dan saat ini, dia terpaksa beristirahat total di rumahnya yang hanya berlantai tanah berdinding papan dengan ukuran 3x4 meter.Bantuak iko lah kahidupan ambo Pak, kalau hujan rumah kamasuakkan aia, karano ado babarapo atok nan bocor. (Beginilah kehidupan saya Pak, kalau hari hujan rumah saya dimasuki air, karena beberapa atap rumah saya juga bocor), tuturnya.Saat ini, Nurjanah hanya bisa pasrah dengan penyakit yang dideritanya. Sebab, kalau mengharap uang dari sang suami bernama Zulkani yang bekerja serabutan, jelas tidak mungkin.Apakah Tuhan akan memberikan keajaiban bagi saya atau Tuhan akan mendatangkan donatur untuk membantu saya, saya tidak tahu, katanya dengan mata menerawang.***