Kebiasaan Adat Yang Masih Eksis

id Kebiasaan Adat Yang Masih Eksis

Seiring pergantian zaman dan waktu, satu persatu kebiasaan adat minang mulai hilang ditelan waktu. Namun satu diantara sekian banyak kebiasaan adat yang mesih bertahan adalah kebiasaan manyanto. Hingga saat ini kebiasaan tersebut, masih eksis di nagari panyalaian kecamatan X Koto Tanahdatar, Sumbar.Kebiasaan manyanto bisa diartikan perkenalan mempelai pria kepada masyarakat dengan cara berkeliling kampung yang memakai pakaian adat minang, serta dikawal oleh beberapa orang yang bertugas memperkenalkan nama dan gelar sang penganten pria tersebut.Kebiasaan manyanto tersebut dilaksanakan apa bila helat atau pesta pernikahan dilansungkan di daerah tersebut.Para penganten pria harus menyiapkan diri agar bisa berkeliling kampung untuk melaksanakan kebiasaan adat yang dinamakan manyanto tadi. Sedangkan pengawalnya berasal dari pihak penganten wanita dan sebagian juga dari pihak mempelai laki-laki.Pagi menjelang siang, seorang pria dengan gagahnya berjalan bak seorang raja yang dikawal beberapa laki-laki, menelusuri jalan demi jalan yang ada di kampung tersebut, semabari menawarkan sekapur sirih dan sebatang rokok kepada warga yang kebetulan ketemu disepanjang perjalanan. pagi paksapa sang pengawal kepada masyarakat yang dijumpainya di sepanjang perjalanan. Iko urang sumando kito yang baru pak. ( ini orang yang baru menikahi warga kita pak).sambungnya lagi semabari menawarkan sekapur sirih dan sebatang rokok.Iyolahsiagalanyo dan dima kampuang nyo.. (iya siapa gelarnya menurut adat minang dan dari mana asalnya),tanya warga yang dijumpai.Sutan mangkuto pak (salah satu nama gelar di Minang Kabau), jawab sang Pengawal yang menwarkan sebatang rokok tadiKampuangnyo di Batusangka Pak (Asalnya dari Kota Batusangkar Pak),tambah sang pengawal.Dalam perjalanan keliling kampung, sesekali masyarakat yang kebetulan melihat sang mempelai melewati jalan yang ada di pingir rumahnya malindik (mengintip) sang mempelai tersebut dari atas rumahnya.Oii..ado urang baru pai manyiriah (ada mempelai baru sedang menyirih (manyanto),himbau salah seorang perempuan ibu rumah tangga yang berkebetulan melihat sang pengatin melewati jalan yang ada dipingir rumahnya kepada keluarga yang ada disamping rumahnya.Oii.caliak lah kamarigagahnyo marapulai tuminantu siatu yo(Haii lihatlah kesini.gagahnya mempelai laki-laki itumenantu siapa itu..?..)sambungnya lagiMendengar teriakan tersebut Sang mempelai sedikit tersipu malu, Ia seakan merasa barang yang dipertotonkan dihadapan khalayak ramai. Tapi dalam hatinya Ia merasa bak seorang artis yang terkenal ketika dilihat banyak orang Setelah menelusuri jalan demi jalan sembari memberitahu nama dan gelar kepada setiap warga yang dijumpai, rombongan juga mampir kesebuah warung, untuk berhenti sejenak sambil sarapan pagi. Bukan hanya sekedar minum dan istirahat, rombongan usainya juga membayarkan semua pengunjung warung yang menjadi tempat sarapan tersebut.Usai manyanto, rombogan lansung bertolak kepangkalan dimana sang pengantin wanita berada. Sebagai mana tempat awal berjalannya sang pengantin pria disaat akan melakukan perkenalan kepada masyarakat (manyanto)Salah seorang Mempelai laki-laki yang pernah menjalani aturan adat di Nagari Panyalaian Kabupaten Tanahdatar tersebut mengaku, mengalami sedikit kesulitan dalam menjalankan kebiasaan adat di nagari panyalaian, tempat sang gadis yang dinikahinya beberapa hari sebelum pesta dimulai.Pasalnya, dalam menjalankan salah satu kebiasaan (adat) dinagari panyalaian tersebut yang dinamankan manyanto mempelai laki-lakisedikit mengalami kelelahan dengan berjalan keliling kampung yang berpakaian adat bak seorang raja dikawal beberapa orang tersebut.Saya cukup kelelahan dengan berpakaian adat sambil berjalan keliling kampung dengan jarak tempuh yang cukup jauh dari tempat tinggal sang pengantin wanita atau istri saya,Aku Beri (28), salah seorang warga Kota Batusangakar, Sumbar yang pernah menjalani hal tersebut beberapa waklu lalu setelah menikahi gadis Nagari Panyalaian beberapa waktu lalu kepada antara-sumbar.com.Menurut Zaini (60) salah seorang penghulu adat yang bergelar seorang datuk didaerah itu, kebiasaan tersebut merupakan perkenalan mempelai laki-laki kepada warga sekitar meskipun setelah itu pesta perkawinan tetap dilakukan.Kebiasaan tersebut, sudah bagian dari adat kami, karena seorang pria yang menikahi gadis di nagari ini (X Koto dan sekitarnya) harus melakukan manyanto sebelum pesta dimulai,kata Z Dt. Pangulu Rajo kepada antara-sumbar.com di Panyalaian, beberapa waktu lalu.Zaini juga mengatakan, dalam pelestarian dan menjaga kekayaan yang dimiliki Minang Kabau ini adalah dengan melakukan kebiasaan tersebut sepanjang masa, selagi waktu dalam melestarikannya masih ada.Kebiasaan tersebut konon kabarnya sudah menjadi turun temurun sejak nenek moyang dahulu kala, selain itu juga salah satu adat apabila laki-laki menikahi gadis kecamatan X Koto dan sekitarnya.(*)