Keberhasilan pemerintah Kabupaten Solok Selatan mengelolan
hutan berbasis nagari menarik minat daerah lain untuk belajar dan melihat
lansung pengelolaannya dan tidak terkecuali negara lain juga turut berkunjung
dan melihat lansung.
Kunjungan perwakilan dari 13 Negara tersebut sampai di Solok
Selatan pada Rabu sekitar pukul 19.30 WIB yang lansung di dampingi oleh Bupati
Solsel Muzni Zakaria dan di sambut oleh ratusan masyarakat Simancuang yang
sudah menunggu dari siang harinya.
Perwakilan dari 13 Negara tersebut dipimpin oleh direktur
rainforest foundation norway dag Hareide yang mana mereka tergabung dalam
global partner meeting yang berlansung di Padang.
13 Negara Tersebut yaitu Norwegia, Indonesia, Papua New
Guinea, Myanmar, Republik Congo, Brazil, Guyana, Colombia, Equador, Peru,
Bolivia, Paraguay dan Malaysia.
Rombongan tersebut datang dengan beberapa unit bus
pariwisata dan lansung menuju simancuang yang diteima dengan ramah tamah serta
sopan oleh masyarakat simancung yang sudah menyesaki lapangan tempat
berlansungnya acara sejak siang.
Kedatang rombongan dari 13 Negara tersebut ditandai dengan
sambutan secara tradisional yaitu tari gelombang oleh putra-putri Solok Selatan
dan para perwakilan negara tersebut terlihat sangat menikmatinya dan tidak lupa
mengabadikan tarian tradisional milik ranah minang tersebut.
Dalam kegiatan yang berlansung hingga pukul 23.00WIB
tersebut para tamu yang berasal dari mancanegara dari empat benua tersebut juga
disuguhkan penampilan tari tradisional lainnya seperti randai dan tari piring.
Melihat aksi dari anak Nagari tersebut para turis tersebut
terlihat sangat tercengang dan bahkan ada yang geli saat menampilkan tari
piring dengan menginjak pecahan kaca.
Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria, mengatakan, bahwa semula
ia kurang yakin dengan menyerahkan pengelolaan hutan kepada masyarakat
tradisional dan ini terkait berbagai kekhawatiran.
"Tetapi melihat keberhasilan yang dilakukan oleh
Simancung dimana mereka berhasil mengelola hutan berbasis nagari baru
pemerintah daeah yakin akan pengelolaan hutan oleh masyarakat
tradisional," katanya.
Bahkan katanya, pengelolaan dan pengawasan hutan lebih baik
dilakukan oleh masyarakat tradisional daripada pengusaha atau orang yang
memiliki perusahaan tertentu karena akan berakibat pada perambahan yang membuat
hutan menjadi habis.
"Hutan Nagari merupakan upaya masyarakat untuk menjaga
kawasan hutan yang tersisa demi kelestarian dan warisan untuk anak cucu
mereka," katanya.
Dia mengatakan, pola pengelolaan hutan yang dilakukan oleh
Simancuang sekarang ini jadi contoh dan panutan bagi daerah lain bahkan Negara
lain karena bisa menopang kehidupan sosial serta perekonomian mereka selama
ini.
Bahkan pola pengelolaan ini katanya, juga sudah
diberitahukan ke Negara lain seperti Brunei , Laos dan beberapa negara asean
tetapi jika dinegara lain ada pengelolaan hutan yang lebih baik kami juga akan
mencoba mengembangkannya," katanya.
Dengan suda berhasilnya pengelolaan hutan di Simancung
tersebut katanya, maka pemerintah Kabupaten Solok Selatan mengalokasikan dana
untuk melakukan penambahan Hutan nagari tersebut dan sekarang empat titik sudah
diberikan izin oleh Menteri Kehutanan.
"Kita tahun ini mendapat penambahan hutan Nagari seluas
12.060 yang terdapat di empat titik yaitu Nagair Pulakek Koto baru seluas 4.265
hektare, Nagari Koto Baru 1.140 H, Pasir Talang 2.395 h, Pakan Rabaa 4.260 h
serta," katanya.
Menurut dia, sekarang ini sudah saatnya hutan dikelola oleh
Nagari atau masyarakat tradisional karena manfaatnya akan lansung pada mereka.
Hal ini bisa dibuktikan dengan ketika hutan dikelola masyarakat setempat maka
konflik bisa dikurangi bahkan dihilangkan.
Direktur Rainforest Foundation Norway Dag Haraide
menyampaikan kegagumannya terhadap sambutan yang diberikan oleh masyarakat
sekitar.
"Sambutan tersebut sungguh menarik dan saat saya datang
sudah ada dua orang pria yang berkelahi seperti harimau dan ini sungguh unik
serta mengagumkan," katanya.
Selain itu katanya, wanita yang menari dan memberikan
sambuatan juga sangatcantik serta masyarakatnya sangat bersahabat.
Dia mengucapkan terima kasih pada pemerintah daaerah Solok
Selatan dan masyarakat simancung karena sudah menjaga hutan yang merupakan
jantung pernapasan dunia.
"Kerusakan hutan sudah sangat mengkhawatirkan dan terus
terjadi tetapi disini masyarakatnya sangat menghargai hutan dan saya berterima
kasih untuk itu," katanya.
Perwakilan dari 13 Negara tersebut pada Rabu malam tidur dan
beristirahat dirumah warga setempat dan mereka tidak keberatan untuk itu.
Setelah selesai dimeliht dan menganlisa sendiri hutan
simancung mereka di bawa wisata budaya dengan menyaksikan perkampungan seribu
rumah gadang di Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu pada Kamis.
Kegiatan mereka berakhir saat makan "Bajamba" di
rumah gadang Istano Balun Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh.
Berita Terkait
KPK setor Rp637,99 miliar ke kas negara sepanjang 2024
Selasa, 26 November 2024 18:46 Wib
Sambut Nataru, PLN - BPN Sumbar semangat kolaborasi amankan aset Negara
Selasa, 26 November 2024 17:21 Wib
Menteri Hukum: Pemindahan narapidana ke negara asal karena alasan kemanusiaan
Senin, 25 November 2024 18:46 Wib
Unand tempati peringkat 201-250 dunia dari 92 negara versi THE ISR
Jumat, 22 November 2024 14:49 Wib
Kemenkeu edukasi mahasiswa di Sumbar tata kelola keuangan negara
Jumat, 22 November 2024 14:01 Wib
Kemenbud: Pelestarian kunci hindari klaim budaya RI oleh negara lain
Kamis, 21 November 2024 18:07 Wib
Presiden upayakan untuk kunjungi negara-negara Timur Tengah
Senin, 18 November 2024 8:59 Wib
Enam negara pastikan diri melaju ke perempat final UEFA Nations League
Minggu, 17 November 2024 11:52 Wib