Tiga Tahun Agam Bersama "Si Tukang Insinyur"

id Tiga Tahun Agam Bersama "Si Tukang Insinyur"

Lubukbasung, Sumbar, (Antara Sumbar) - Kekuasaan sesungguhnya adalah pelayanan, yakni melayani rakyat yang mempercayakan kekuasaan itu kepada yang bersangkutan. Di dalam bahasa asing biasanya dipakai istilah "social service" atau "public service".

Sayang sekali dinegara republik kita ini, aspek pelayanan digeserkan dan lebih mengkedepankan aspek pemerintahannya. Pada masa pemerintahan Belanda dulu, dikenal dengan "pangreh praja". Ketika Indonesia merdeka istilah tersebut diganti dengan sebutan "pamong praja", artinya merekalah yang memamong rakyat. Jelas dimensi pengayomannya dikedepankan yang merupakan pengejawantahan dari pelayanan.

Pada saat sekarang ini, kondisi tersebut mulai tergerus sama sekali. Banyak dewasa ini para pejabat yang lebih senang dilayani. Ketika si "tukang Insinyur" yang bernama Indra Catri dengan gelar pemangku adat Datuak Malako Nan Putiah tampil di ranah Luhak Agam yang terkenal dengan sebutan ranah yang "aianyo karuah, ikannyo lia, buminyo paneh dengan pasangan waktu dilantik 26 Oktober 2010 lalu Umar, ST sebagai wakil bupati Agam, mereka memperlihatkan hal yang "tidak lazim".

Sesungguhnya yang mereka lakukan normal-normal saja, tetapi karena kita sudah berada pada situasi tidak normal, maka yang mereka lakukan sepertinya tidak normal. Pada awal pemerintahannya, si tukang insinyur yang biasa disebut IC itu banyak mendapat cemoohan dari berbagai pihak melalui program-program Inovasi Cerdasnya. Seperti halnya program Agam Menyemai, WC bersih, Thaharah Masjid, Jamkesda Mandiri, Maghrib Mengaji, Ikhlas Berzakat, One day one ayat serta program inovasi lainnya.

Ketika Anak Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso ini menggerakkan seluruh lapisan masyarakat untuk gerakan menanam pepohonan, buah-buahan serta sayuran dan rempah-rempah, banyak kalangan menilai sebelah mata dan malahan ironisnya lagi tak sungkan-sungkan mencibirkan program dari alumni ITB ini.

"Apolah karajo bupati ko a, gilo mananam kamanam se nan pandai no", kata-kata tersebut sering terlontar dari sebagian masyarakat. Padahal, banyak hal yang dapat kita peroleh dari gerakan menanam tersebut, selain untuk menjaga kelestarian alam, tempat penyimpanan air, untuk penetralisir suhu panas di ibukota Lubuk Basung, mampu dijadikan sebagai gerbang sekaligus kanopi hidup disepanjang jalan dan memiliki nilai ekonomi ditengah-tengah masyarakat serta yang teramat penting bisa mengantisipasi bencana banjir atau longsor, apalagi Agam tergolong daerah rawan bencana.

Hingga 3 tahun terakhir ini sudah lebih 7 juta batang kayu yang sudah ditanam. Begitu juga dengan penyebaran benih ikan pada setiap kolam-kolam yang sudah direklamasi. Keseriusan ayah dari 4 orang putra tersebut terlihat jelas, dan turun langsung ke kolam masyarakat dengan tak kenal waktu. Sudahlah benih ikan dikasih gratis, terkadang diiringi dengan pakan ternaknya, eksavator dipinjamkan, permintaan benih ikan tak musti melalui proposal malahan diantarkan langsung ke kolam yang sudah direklamasi tersebut.

Ketika Indra Catri sering turun ke masyarakat melakukan penanaman ataupun menyebarkan benih ikan ke tengah-tengah masyarakat, rakyat semakin merasa dekat dengannya. Kondisi tersebut juga terlihat jelas dengan kedekatannya dengan para kalangan aparatur pegawainya. Setiap selesai senam pagi ataupun pada agenda-agenda khusus, bupati yang hobi menanam ini selalu membagi bibit tanaman kepada pegawainya.

Selain membagikan bibit tanaman pepohonan, mamak dari Pasukuan Melayu ini juga membagikan bibit sayur-sayuran, buah-buahan serta rempah-rempah, seperti bibit tomat, cabe, sirsak, mangga, jambu biji, dan masih banyak yang lainnya.

Sekecil apapun masalah tak luput dari pikirannya, ketika ada keluhan dari masyarakat akan serangan hama bekicot atau keong mas, secara spontan dan tak sungkan-sungkan ia merogoh kocek dikantongnya untuk membeli puluhan ribu anak-anak itik. Setiap hari dan malahan tanpa mengenal hari libur, IC mengunjungi daerah-daerah yang diserang keong itu dengan selalu didampingi isteri tercinta Vita Indra Catri untuk membagikan anak itik kepada para petani.

Anehnya, IC yang dibesarkan didaerah perkotaan dan bertugas lebih kurang 22 tahun di Kota Padang itu, setiap berkomunikasi dengan masyarakat, bupati yang satu ini tahu persis dialek serta logat bahasa daerah yang dikunjunginya. Bahasa-bahasa minang yang sudah begitu lama tidak terdengar lagi, tapi dimulut seorang IC begitu kental keluar bahasa kuno tersebut bagaikan air mengalir.

Dalam dialek Minang yang sulit juga diterjemahkan ke dalam bahasa apapun, kedekatan itu diungkapkan dengan, "IC itu Agam Banget!". Artinya didalam diri IC mereka melihat diri mereka sendiri sekaligus juga harapan bahwa daerah yang berlambangkan Harimau ini akan maju ditangannya pada masa mendatang. Memang ada juga yang sinis dengan aksi IC ini, namun dengan langkah pasti dan optimis IC bersama pasukannya terus maju untuk kemajuan ranah Agam tercinta ini.

Pada awalnya, putra dari Bustaman Dt. Manindiah memimpin di Agam banyak kalangan menjadi shock. Banyak istilah lahir dari mulutnya, seperti kalau kerja ya kerja, kalau bercerita ya bercerita, kalau baik ya baik saja, jangan pernah menjelekkan orang lain, dan istilah lainnya. Indra Catri juga dikenal dengan ceplas ceplos sehingga terkesan kasar.

Mungkin kalau ada yang perlu diperbaiki dari seorang IC, kesan kasar itulah, tanpa mengurangi substansi kebenarannya. Tetapi saya juga menyadari bahwa apa yang disampaikannya itu adalah cara baginya untuk menegaskan sesuatu. Sebab ini "Agam Bung" yang bumi no angek, ikan no lia, aia no karuah, sirah bendera no, harimau lambang no, tempramental masyarakat no" tanpa ketegasan mustahil Agam bisa lebih maju dari daerah lain.

Pada tahun ke tiga memimpin Agam, Indra Catri mendapat pasangan baru dengan Irwan Fikri sebagai wakil bupati Agam hingga tahun 2015 mendatang. Banyak persoalan yang mesti diselesaikan IC diawal ia bertugas di Agam, persoalan pasca gempa 2007 dan 2009 menyedot pikiran dan tenaga untuk mencarikan solusinya. Belum lagi persoalan tanah ulayat, batas nagari dan masih banyak permasalahan lainnya.

Dibalik persoalan IC yang dikenal dengan "Pemimpin yang Memimpin dengan hati " itu terus juga melakukan terobosan-terobosan berarti. Kita semua tahu berbagai program-program inovasi cerdasnya seperti yang sudah kita ungkap diawal tulisan ini. Bahkan salah satu program inovasi cerdasnya yakni Agam Menyemai diakui pada level nasional dengan dianugrahkannya piagam penghargaan Innovative Government Award 2013 dari Kemendagri RI bAru-baru ini.

Tidak itu saja, nyaris apa yang dilakukannya serta diprogramnya selalu berbuah manis ketika diikutsertakan pada saat perlombaan, baik pada tingkat nasional maupun provinsi. Untuk tahun 2011 lalu Agam menorehkan prestasi sebanyak 122 baik pada tingkat nasional maupun provinsi. Kondisi itu terus membaik pada tahun 2012 yang berhasil meraih prestasi 154 dan khusus pada tahun 2013 hingga 26 Oktober ini sudah meraup sebanyak 135 prestasi.

Apabila jika dihitung secara matematika serta kita bagi dengan masa lama jabatan yang sudah terpakai, artinya jumlah total prestasi Agam 3 tahun terakhir berjumlah 411 prestasi, kalau kita bagi dengan 156 jumlah minggunya, artinya nyaris 3 kali dalam seminggu Agam meraih prestasi, baik pada level propinsi, nasional maupun regional.

Belum lagi peningkatan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya, berawal APBD Agam 2010 sebannyak 650 Milyar dan tahun 2013 sudah meningkat tajam menjadi 1,1 Trilyun. Ini sebuah angka lonjakan yang tajam dan signifikan. Peningktan APBD yang mampu menembus angka 1 T bukanlah pekerjaan gampang dan mudah.

Itu semua membutuhkan lobi, pendekatan, hubungan pertemanan, komunikasi yang terbangun bagus, cara meyakinkan pemerintah pusat dan propinsi serta upaya lainnya termasuk melalui jalur pertemanan. Kita sangat mengetahui suami dari Vita ini memiliki jaringan pertemanan yang sangat banyak. Penulis pernah diminta untuk memperbaiki telphon genggam IC, ketika akan dilakukan penyalinan nomor kontak ke komputer, ternyata terdapat sebanyak 19.378 nomor kontak didalam handphone nya. Ini merupakan sebuah bukti jaringan komunikasi antar teman dan kerabat terbangun rapi bagi seorang IC.

Komitmennya untuk membangun Agam seakan tak pernah luntur dan lentur, kendatipun sudah 3 tahun manjadi "Tuan Luhak" di Agam. Pada awal jadi bupati di Agam, dengan alasan efisiensi agar pendanaan APBD lebih banyak untuk masyarakat, IC "berpuasa" atau menahan keinginannya untuk membeli mobil dinas baru.

Ia bertekad tidak akan membeli kendaraan dinas baru, sebelum pembangunan ruas jalan Malalak selesai dan peningkatan status ruas jalan Padang Koto Gadang-Palembayan-Matur menjadi ruas jalan propinsi terwujud. Nah, pada tahun ketiga ini, berkat usaha kerasnya, hampir 100 kilometer ruang jalan di Agam ditingkatkan statusnya dari jalan kabupaten menjadi jalan propinsi, diantaranya Simpang Canduang-Simpang Bukik-Sei Pua-Koto Baru, Simpang Patai -Palupuah, Padang Koto Gadang-Palembayan Matur.

Pembangunan infrastruktur terus digenjot, Jalan Ambun Pagi-Ambun Tanai-Matur pun sudah mulus, rambu-rambu serta pengaman lalu lintas di kelok 44 turut dibangun, lampu jalan disepanjang ruas jalan Malalak, Matur, Ambun Tanai, dan kelok 44 sudah menyala melalui dana APBN dan APBD propinsi.

Ruas jalan menuju rumah ibadah, pondok pesantren, dan sekolah-sekolah terus menjadi prioritas. Pelebaran ruas jalan Hulu Banda-Koto Kaciak Maninjau pun sudah dapat dinikmati, belum lagi kejeliannya mendapatkan pasokan dana APBN untuk pembangunan asrama pondok pesantren serta Rusawa di Lubuk Basung.

Aliran dana PPIP terus bertambah setiap tahun, dari 28 paket sampai 160 paket, pasokan dana PNPM pun mengalami peningkatan yang signifikan, kucuran dana untuk irigasipun tak tanggung-tanggung, nyaris 200 Milyar sudah teralokasikan. Kumpulan dana Badan Amil Zakat (BAZ) pun meningkat tajam dari 1 Milyar lebih sekarang ini sudah mencapai 8 Milyar lebih per tahun dan sudah distribusikan kepada hasnaf yang delapan.

Pada sisi lain, banyak istilah yang digunakan IC untuk menggolkan programnya, seperti " indak ado sakik nan tak ta ubeki, ndak ado pungguang nan ndak basawok, ndak ado anak kamanan nan ndak sakola, ndak ado konflik nan tak tasalasaikan". Begitu juga dengan istilah populernya kalau orang Agam itu memiliki "iman taguah, utak cadiak, badan sehat dan pitih banyak". Semua istilah itu adalah spririt sekaligus motivasi baginya serta seluruh jajarannya untuk selalu memikirkan rakyat yang telah memberikan amanah. Untuk menyikapi itu, lahirlah komitmen dari IC yang hanya 3 jam tidur dalam sehari semalan itu, istilah "one teams, one spirits, one goals".

Berangkat dari semangat dan motivasi yang tinggi itu, boleh dikata "ndak ado karuah nan tak janiah, ndak ado kusuik nan tak salasai", satu demi satu persoalan mampu dicarikan solusinya, kendatipun masih banyak yang perlu dibenahi. Hampir 2 tahun IC mendayung biduk rang Agam sendirian. Nah sekarang IC sudah didampingi Wakil Bupati Agam Irwan Fikri, tentunya akan semakin pesat lagi kemajuan Agam mendatang. Tentunya banyak harapan dan asa masyarakat tertompang pada Irwan Fikri selaku pendamping Indra Catri.

Jadi apa yang mau kita katakan mengenai pelayanan kedua pelayan rakyat ini ? Masih banyak persoalan yang dihadapi. Persoalan Agam hampir tidak ada habis-habisnya. Tetapi kita gembira bahwa mereka sudah berada pada titik pijak yang benar. Mereka memihak rakyat dan mereka menghabiskan waktu dan pikiran untuk rakyat.

Dengan mengatakan itu, saya tidak bermaksud mendewakan atau mengkultuskan mereka. Mereka juga manusia biasa, bisa saja jatuh ke dalam cobaan. Maka marilah kita semua masyarakat Agam yang berada dikampung dan perantauan mengawal mereka termasuk melalui kritik-kritik tajam demi kemajuan bersama.

Bukan kritik yang menghancurkan dan menjatuhkan. Selamat 3 tahun memimpim Agam Pak Indra Catri, teruslah berkarya Mak Datuak, dan selalulah "mudahkan urusan kami, lindungi kami dan berilah kami terus kebanggaan memiliki seorang Bupati Indra Catri dan Wakil Bupati Irwan Fikri. Semoga.( Penulis adalah Kabag Humas Agam).