London, (Antara Sumbar) - Alunan musik angklung yang dimainkan anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Swedia mengiringi lagu "Silent Night" dalam perayaan Natal diselenggarakan KBRI Stockholm di Wisma Dubes RI di Stockholm, Swedia.
Sekretaris Pertama KBRI Stockholm Rahmawati Wulandari kepada Antara London, Kamis, mengatakan perayaan Natal 2016 oleh warga Indonesia di Stockholm dihadiri sekitar 300 orang berasal dari Komunitas Diaspora Indonesia di Swedia, baik pemeluk Kristen maupun non-Kristen.
Selain itu, katanya, masyarakat Swedia, Friends of Indonesia, dan undangan dari negara sahabat.
Pada kesempatan itu, PPI Swedia juga mengumandangkan lagu Felix Navidad dengan iringan angklung.
Dubes RI untuk Swedia dan Latvia Bagas Hapsoro menyampaikan pentingnya perayaan Natal yang diadakan kelompok masyarakat kristiani di Swedia.
Perayaan itu, katanya, sebagai refleksi atas semangat Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki Bangsa Indonesia, menggambarkan kesatuan dalam perbedaan.
Semangat Bhinneka Tunggal Ika, katanya, patut dilestarikan guna mendukung tercapainya tujuan Bangsa sebagai negara yang makmur, adil, dan berdaulat.
Dia mengatakan Bangsa Indonesia di manapun berada, hendaknya selalu mengingat dan memiliki nasionalisme yang berlandaskan nilai-nilai keterbukaan, kepercayaan diri, moderat, toleransi, dan "outward looking".
Nilai nasionalisme tersebut, katanya, merupakan landasan dalam menjalin kerja sama dan hubungan dengan negara lain dalam konteks kerja sama internasional.
Dalam perayaan Natal 2016, Romo Sylwester Pajak, pastur asal Polandia yang bermukim di Vatikan menyampaikan pesan Natal yang antara lain menyatakan kekaguman dengan Bangsa Indonesia yang memiliki keragaman agama dan budaya, namun dapat hidup rukun serta berdampingan.
Romo Sylwester menekankan Natal merupakan saat untuk memperbarui kembali iman dan pengharapan sebagai umat beragama.
Perayaan Natal juga disemarakkan dengan prosesi Santa Lusia yang merupakan tradisi perayaan Natal di Swedia, di mana anak-anak kecil perempuan berjalan beriringan dengan membawa lilin sebagai simbol penerangan.
Prosesi dilanjutkan dengan penyalaan empat lilin Natal oleh perwakilan dari kelompok keagamaan, yakni Dubes RI Swedia, Romo Sylwester mewakili umat Kristen Katolik, Gorda Surjadi mewakili umat Hindu, dan Padmo Wiryono mewakili umat Islam yang juga masyarakat Indonesia tertua di Swedia.
Kebersamaan yang dilambangkan melalui penyalaan lilin Natal tersebut terkesan memberikan kesejukan hati dan menggambarkan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama dalam diri Bangsa Indonesia, serta merupakan nilai-nilai kehidupan bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan. (*)