Inilah Kelompok Angklung yang Dapat Penghargaan "Ambassador Award" di Swiss

id Angklung

Inilah Kelompok Angklung yang Dapat Penghargaan "Ambassador Award" di Swiss

Ilustrasi - Bule memainkan alat musik angklung. (Antara)

London, (Antara Sumbar) - Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein Linggawaty Hakim menyerahkan "Ambassador Award" kepada kelompok musik Angklung Pada Suka yang puluhan tahun berjasa mempromosikan musik tradisional Indonesia di Swiss.

Penghargaan itu diberikan kepada kelompok Angklung Pada Suka yang didirikan di Zrich, Swiss, sejak 30 Januari 1980, dengan 23 anggota yang mayoritas merupakan warga Swiss, keterangan Pensosbud KBRI Bern kepada Antara London, Jumat.

"Ambassador Award" itu, menurut siaran pers dari KBRI Bern, Senin (13/11), diberikan pada resepsi bertepatan peresmian Pusat Pelatihan dan Pertunjukan Gamelan "Center for Training and Performance of Gamelan" di Sion, Swiss, baru-baru ini.

Selama 37 tahun kelompok Angklung Pada Suka berdiri, telah mengadakan sejumlah konser di negara akreditasi, termasuk konser di Konsulat Jenderal Swiss di Bali tahun 2013. Pemasukan yang diperoleh dari konser-konsernya salah satunya dipergunakan untuk tujuan sosial di Bali, yaitu memberi santunan bagi janda dan anak-anak yang kurang beruntung.

Angklung Pada Suka didirikan oleh sekelompok warga di Zrich yang mencintai budaya Indonesia, khususnya musik angklung, bertujuan untuk mempromosikan musik tradisional Indonesia di Swiss melalui konser-konsernya.

Para anggota Angklung Pada Suka tidak memperoleh imbalan dalam bentuk uang pada penampilan setiap konser yang mereka selenggarakan. Mereka melakukan latihan dan konser angklung dengan penuh sukarela, karena merasa terpanggil secara sosial maupun budaya.

Margrit Wlfli, yang merupakan Presiden Angklung Pada Suka mengakui cinta akan budaya Indonesia. Karenanya, ia ingin mempromosikan Indonesia di Swiss, dan berniat membantu warga yang kurang beruntung.

Dirijen Angklung Pada Suka, Andres Diriwchter bergabung ke dalam orkestra Angklung Pada Suka sejak dua dasawarsa lalu. Andres yang merupakan pensiunan perusahaan Swiss ABB, memiliki kurang lebih 70 anak angkat di Indonesia.

Dalam tiap konsernya, Andres memilih untuk memainkan lagu-lagu nasional Indonesia. Tembang andalan Angklung Pada Suka di antaranya, Indonesia Tanah Pusaka, Waktu Hujan Sore-sore, Rayuan Pulau Kelapa, Bunga Nirwana, Sarinande, Ibu Kita Kartini, dan lain sebagainya.

Dubes Linggawaty Hakim mengatakan penghargaan adalah simbol persahabatan antara Indonesia dan Swiss. Angklung Pada Suka juga membawakan tembang Swiss, melalui perpaduan alat musik angklung dan alphorn, alat musik tradisional Swiss berupa terompet panjang.

Dikatakannya kegiatan kelompok seni budaya ini perlu didukung dan dibina sebagai sarana yang sangat efektif untuk mempromosikan seni budaya Indonesia. Meningkatkan citra positif Indonesia di negara akreditasi, dan meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dan Swiss.

Untuk itu, katanya, KBRI Bern berkomitmen mendukung kelompok seni budaya Indonesia di negara akreditasi agar dapat terus berkarya.

Alat musik tradisional Indonesia, seperti gamelan dan angklung, di Swiss dijadikan sebagai terapi untuk pengobatan baik jasmani maupun rohani. Kelompok musik angklung Pada Suka menjadikan angklung sebagai terapi di panti werdha.

Alat musik angklung dipercaya dapat menjadi terapi bagi pasien penderita stroke. Selain itu, gamelan dan angklung tidak hanya menjadi terapi bagi pendengarnya, namun juga para pemainnya, karena dapat melatih daya konsentrasi dan sensor motorik.

Sekolah musik "Un, Deux, Trois, Musiques," Sion, menjadikan gamelan sebagai terapi untuk membuat anak/ remaja menjadi lebih tenang dan fokus.

Dubes Linggawaty juga menyerahkan Ambassador Award kepada kelompok musik gamelan "Un, Deux, Trois, Musiques," Sion sebagai bentuk penghargaan atas upaya sekolah musik pimpinan Nicole Coppey dalam mempromosikan kesenian dan kebudayaan Indonesia di Swiss dan sekitarnya dalam satu dasawarsa terakhir. (*)