Seni Angklung Mendapat Pujian di Beijing

id angklung

Seni Angklung Mendapat Pujian di Beijing

Sejumlah pelajar asal Indonesia memainkan alat musik angklung dalam menyambut tahun 2018 di SMA Negeri 39 Beijing, Jumat (29/12). (Antara/M. Irfan Ilmie)

Beijing, (Antara Sumbar) - Sekolah menengah atas di Beijing, China, memberikan apresiasi tersendiri pada angklung dengan memberikan kesempatan kepada para pelajar asal Indonesia untuk mementaskan alat musik tradisional khas Nusantara yang terbuat dari bambu itu.

"Setiap tahun anak-anak didik kami dari Indonesia, kami prioritaskan untuk mementaskan permainan angklung," kata Wakil Kepala SMA Negeri 39 Beijing Zuo Fulin, Sabtu.

Di sekolahan yang berlokasi di sekitar kawasan objek wisata Kota Terlarang itu terdapat seperangkat angklung pemberian Atase Pendidikan Kedutaan Besar RI di Beijing.

Dalam panggung seni para siswa SMA Negeri 39 Beijing, Jumat (29/12) malam, sebanyak 10 pelajar asal Indonesia memainkan alat musik angklung.

Ratusan pelajar dari China dan beberapa negara lain tidak henti-hentinya bertepuk tangan saat satu-persatu nama pelajar Indonesia naik panggung dengan mengenakan kemeja batik.

Sorakan ratusan pelajar dan guru bersahutan saat nada pembuka diperdengarkan dari alat musik multitonal yang secara tradisional berkembang di tengah masyarakat Sunda tersebut.

Kelompok musik angklung pelajar dari berbagai kota di Indonesia itu membawakan lagu "Tanah Airku" karya Ibu Sud tersebut dalam format instrumentalia.

Para penonton terkesima dengan musik angklung yang juga diiringi petikan "lead" gitar beriama syahdu berpadu patriotisme oleh Lovina, pelajar asal Surabaya, di aula sekolahan tersebut.

Menariknya, pelajar asal Argentina turut serta sehingga kelompok angklung pelajar Indonesia tersebut beranggotakan 11 orang.

Musik tradisional angklung tersebut diberi tempat yang sama dengan kesenian dan budaya masyarakat China yang dibawakan oleh para pelajar setempat dalam pementasan menyambut tahun 2018 tersebut.

"Tidak ada yang kami kecualikan, semua siswa dari mana pun asalnya kami beri kesempatan untuk tampil," kata Zuo.

Pernyataan Zuo sekaligus menepis anggapan bahwa China sangat membatasi budaya asing di negerinya sendiri.

Sebelumnya muncul perdebatan di media sosial mengenai pesta Natal yang dianggap sebagai budaya asing menyusul adanya isu larangan merayakan hari suci bagi umat Kristiani itu. (*)