Walikota Padang Panjang dr. H.Suir Syam, M.Kes.MMR adalah pencipta sejarah dan bukan pembaca sejarah. Suir Syam selaku putra daerah paham dan mengarifi kultur daerahnya. Padang Panjang sudah tak lekang di panas dan tak lapuk di hujan hingga kini akan ketenaran sebagai sebuah Kota Santri dari jaman tempo doloe. Itu adalah sebuah catatan sejarah yang akan dibaca dan dikenang oleh generasi berikutnya. Dan dari sekian banyak orang di Kota santri itu, Suir Syam adalah salah seorang pembaca dan pengenang sejarah itu. Menyitir ucapan Ketua Umum Komnas PAI DR. Seto Mulyadi pernah berujar,” Apa yang dilakukan Suir Syam adalah sebuah loncatan besar dan berani melawan arus. Di saat pemangku kebijakan lain masih ragu untuk membangun regulasi yang pro dengan anak dan masyarakat. Suir Syam tanpa ragu menerbitkan regulasi pelarangan iklan, promosi dan Sponsor rokok, namun apa yang telah dilakukan Suir Syam membuktikan bahwa melawan industri rokok bukan suatu hal yang mustahil.” Ukuran kekinian, ketika tampuk Pemerintahan Kota Padang Panjang untuk kedua kalinya dipimpin dengan kali kedua dengan Wakil Walikota Ir. H.Edwin SP, tonggak sejarah telah dipancangnya melalui visi dan misinya bersama Wakilnya. Sektor kesehatan adalah salah satu kata kuncinya. Suatu yang fenomenal di penghujung 31 Mei 2010, Kota Serambi Mekah didaulat selaku tuan rumah memperingati puncak Hari Tanpa Tembakau Se-Dunia Tingkat Nasional. Sebuah prestise dan prestasi tentunya. Lembaga dunia WHO diwakili dr. Khanchit Limpakar Najanarat dan Menkes RI dr. Endang R.Sedyaningsih, MPH.Dr.PH hadir memberikan pengakuan dan sebagai saksi tegaknya pancang tiang sejarah tersebut. Masyarakat angkat topi pada duet Suir-Edwin yang berupaya menyehatkan dan menyejahterakan masyarakatnya. Keduanya kian populer! Pemimpin nan menyejarah. Mencari popularitas bukanlah tujuan saya, kata Suir Syam suatu ketika, tapi ingin menyehatkan masyarakat adalah prioritas saya. Dan siap juga untuk tidak populer. Katanya lagi, “kita berpikir logis saja. Intinya, saya mengajak orang untuk hidup sehat. Sesuatu yang saya lakukan masuk di akal dan jangan akal-akalan yang masuk. Toh pada kenyataanya masyarakat tidak menolak dan ini juga erat kaitannya partispasi media melalui pemberitaannya. Artinya sinergitas terbangun rapi.” Dan tak jauh berbeda, ucapan yang bernada nyaris sama juga diungkapkan Wawako H.Edwin. Menyoal pajak reklame atau iklan rokok itu cuma berkontribusi sebesar Rp.70-100 jutaan per tahun namun akibat yang ditimbulkan bagi pecandu rokok seperti penyakit kanker paru-paru,serangan jantung, stroke dan lain sebagainya dan berapa biaya pengobatan untuk itu. Apakah sebanding dengan nilai pajak iklan yang masuk? Tentu tidak. Untuk memaksimalkan persoalan rokok itu Pemko Padang panjang telah mengeluarkan Perda. Padang Panjang dijadikan pilot proyek skala nasional Penyakit Tidak Menular,seperti jantung,paru, gula dan lainnnya. Sementara Pemerintah Kota Padang Panjang telah mengasuransikan warganya tanpa mengenal satus sosial dan ekonomi dan tentu tidak sedikit biayanya. Penghargaan hanyalah sebuah pengakuan yang dapat dijadikan spirit atau motifasi dan bukan tujuan, yang penting adalah tercapainya pelaksanaan program yang betul-betul menyentuh kemaslahatan masyarakat. Penghargaan itu lebih ditujukan kepada masyarakat karena realitas dari penilaian itu ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat Kota Padang Panjang. Tak terbantahkan juga bagi Suir Syam bahwa terpaan media massa dengan pemberitaan positif turut mendukung lahirnya Perda menyoal rokok di bumi Padang Panjang bertajuk Kota Serambi Mekah. [*]

Pewarta : Menda Dt. Pamuntjak Alam. S.I.Kom. M.Si
Editor :
Copyright © ANTARA 2024