Daftar panjangpenipuan berkedok investasi yang merugikan masyarakat terus terjadi menghiasi pemberitaan berbagai media massa diTanah Air. Meski kerugian yang dialamibervariasi mulai ratusan ribu hinggamiliaran rupiah, namun investasi abal-abal terus hadir dan bergulir seakantiada henti.
Pada satu sisi,meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menginvestasikan uang yang dimilikilayak mendapat apresiasi positif. Ini merupakan situasi yang menggembirakanakibat bertumbuhnya jumlah kelas menengah di Tanah Air dan meningkatnyapertumbuhan ekonomi yang berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan.
Apalagi pesatnyaperkembangan teknologi semakin mempermudah masyarakat untuk berinvestasi.Berbagai pilihan tersedia, bahkan orang orang tidak perlu melihat langsung usaha yang akan dijadikan lahaninvestasi. Hari ini siapa saja dapat memutar uangnya di pasar modal, membukadeposito, reksadana, valas hingga menanamkan dana melalui penyedia jasa layanan investasi.
Namun, pesatnyaperkembangan instrumen investasi hari ini tidak diikuti meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat seputarseluk beluk penanaman modal terutamapada lembaga jasa keuangan. Akibatnya, tak sedikit masyarakat yang haruskehilangan uang dan menjadi korban investasi bodong.
Pada rentangwaktu 2002 mungkin ada yang masih ingat dengan mencuatnya kasus penipuan yangdilakukan oleh PT Qurnia Subur Alam Raya perusahaan yang bergerak dalam bidangagrobisnis bertempat di Sukabumi.Berdasarkan data yang dihimpun dari sejumlahsumber, perusahaan yang didirikan oleh Ramly Arabi itu menghimpun dana darimasyarakat dengan menawarkan kerja sama, dimana setiap investor yang menanamkanuangnya mendapat imbalan tujuh hingga 10 persen per bulan.
Pada awalnya bagihasil berjalan lancar dan semakin banyak orang menanamkan uang melauiperusahaan itu, tercatat hingga Rp467 miliar. Namun, pada Januari 2002perusahaan mulai tidak lagi membayar keuntungan sesuai dengan yang dijanjikan,bahkan modal yang telah disetor pun tidak dikembalikan.
Akibatnya sekitar6.500 investor harus merelakan kehilangan uangnya karena perusahaan tersebutgulung tikar. Mereka yang jadi korban bukan hanya orang biasa, kelompokmasyarakat yang terpelajar dan kelas menengah atas turut mengalami kerugian.
Pasca mencuatpenipuan berkedok investasi PT QurniaAlam Subur, bukannya berkurang kasus serupa terus terjadi. Tercatat ada kasus Koperasi Langit Biru, PT Bina SinarSejahtera, Penipuan Paket Lebaran, CV Raihan Jewellery, PT Golden TradersIndonesia Syariah, Virgin Gold Mining Coorporation dan lainnya.
Dari daftarpanjang tersebut setidaknya mengisyaratkan pada satu sisi ada gairah investasiyang tinggi di masyarakat, apalagi jika dijanjikan keuntungan yang tinggi, merekaakan berlomba menanamkan uangnya.Tetapi padabagian lain ini menggambarkan betapatingkat pemahaman masyarakat terhadap seluk beluk investasi belum memadai.Tidak hanya orang biasa, tak sedikit mereka yang sebenarnya terpelajar ketikaada tawaran investasi dengan pengembalian keuntunggan yang tinggi jugakehilangan daya kritisnya.
Secara sosiologisakar dari persoalan ini sederhana yaitu mental ingin cepat kaya tanpaharus kerja keras membuat seseorang mengambil langkah instan. Sikap mentaltersebut dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, menawarkan instrumen investasi yang menggiurkanuntuk menarik uang masyarakat yangkemudian digelapkan. Keuntungan menggiurkan yang ditawarkan membuat publikmenjadi lupa bahwa setiap investasi apa pun itu memiliki resiko.
Selain itu belummaksimalnya regulasi dan pengawasan daripemerintah untuk membentengi masyarakat agar terhindar dari penipuan yangberkedok investasi menyebabkan hal ini terus terjadi. Dapat diidentifikasi ,kasus-kasus yang terjadi sebenarnya tidak menggunakan mekanisme dan sistem yangrumit. Hanya menjanjikan keuntungan tetap per bulan dengan nilai yangmenggiurkan sudah cukup membuat investor tertipu pada akhirnya.
Pekerjaan RumahOJK
Memasuki babakbaru pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan sejumlah pekerjaan rumahyang harus dituntaskan menanti Otoritas Jasa Keuangan sejak didirikan pada 2011lalu. Dengan statusnya yang independen , lembaga ini harus berjuang kerasmeminimalisir celah penipuan yang berkedok investasi melalui regulasi yangketat dan pengawasan yang lebih intensif.
Apalagi sejak2014 OJK juga telah resmi mengawasi sektor perbankan dan lembaga keuanganlainnya dan pada 2015 cakupan pengawasan semakin luas. Langkah pertama yangharus dilakukan adalah menyiapkan regulasi yang lebih ketat pada jasa sektorkeuangan sehingga setiap celah yang ada dapat diantisipasi.
Jika pada hariini ada temuan dan pelaporan terhadap dugaan penipuan berkedok investasi dari masyarakat, jawaban yang muncul biasanyalembaga penyedia investasi tersebut tidak memiliki izin resmi dan OJK hanyamengingatkan agar tidak menanamkan uang karena beresiko. Oleh sebab itu kedepanperlu langkah preventif yang lebih ketat untuk mengantisipasi bermunculannyainvestasi ilegal.
Bukankah filosofimencegah lebih baik daripada mengobati juga dapat diterapkan dalammengantisipasi jatuhnya korban berikutnya yang harus kehilangan uang. Beragammodus baru penipuan berkedok investasi akan terus tumbuh dan OJK harusmendahului dengan menyiapkan regulasiyang ketat.
Berikutnya,pekerjaan rumah yang juga harus dituntaskan adalah sosialisasi dan edukasi yangberkelanjutan menyentuh seluruh kalangan masyarakat. Pada 2015 Indonesia akanmemasuki masyarakat ekonomi ASEAN dan 10 tahun lagi diperkirakan bangsa iniakan menikmati bonus demografi dimana jumlah usia produktif akan lebih banyak.Dapat dibayangkan pada saat itu tingkat kesejahteraan akan lebih baik dan minatinvestasi terus tumbuh.
Namun, tumbuhnyaminat investasi tersebut harus diikuti oleh tingkat pemahaman yang baik olehmasyarakat tentang seluk beluk investasi sehingga mereka menjadi pribadi yangcerdas dan rasional. Langkah itu harus dimulai sejak dini dengan menyasar parapelajar di bangku sekolah melalui pengenalan investasi dan seluk beluknyasehingga ketika dewasa mereka menjadi pribadi yang cerdas berinvestasi
Pada akhirnyainvestasi hanyalah sarana dan alat untuk mencapai tujuan, keberhasilan dankesuksesannya amat ditentukan oleh orang-orang yang menjalankannya dan tentusaja itu menjadi tanggung jawab bersama mewujudkan era kecerdasan investasi. Satu keyakinan kuat yang senantiasa harusditanamkan adalah tidak ada kesuksesan yang dapat diraih dengan cara instan dandalam sekejap kecuali harus direbut dengan kerja keras dan cerdas.