Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengatakan BMKG sedang menyiapkan lompatan inovasi yang sejalan dengan tahapan revolusi industri 5.0 atau inovasi 5.0.
"Inovasi tersebut akan diperkuat dengan mengintegrasikan 'human sensor' berbasis 'crowd technology' ke sensor teknis yang telah terbangun dalam inovasi 4.0," kata Rita dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Merespon Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (HMKG), dia mengatakan dalam pengembangan inovasi 5.0 itu kearifan dan budaya lokal yang relevan akan tetap diintegrasikan dalam setiap langkah inovasi sesuai perkembangan.
Inovasi 5.0 yang disiapkan saat ini, kata dia, juga akan dilengkapi dengan hasil kajian beberapa anomali kegempaan seperti yang terjadi di Lombok, Palu dan Selat Sunda.
Dengan layanan inovasi 5.0, dia berharap keselamatan jiwa dan lingkungan dapat lebih terjamin. Selain itu, kesejahteraan masyarakat seluruh Indonesia dapat lebih terbangun secara merata.
Sementara itu, dia mengatakan dari teknologi BMKG saat ini mampu menganalisa dan memverifikasi data gempa bumi dan potensi tsunami dalam waktu kurang dari lima menit. Seluruh informasi tersebut disebarluaskan melalui saluran-saluran komunikasi yang tersedia dalam hitungan detik.
Saat ini, kata dia, BMKG sendiri dipercaya sebagai penyedia layanan tsunami untuk memberikan informasi peringatan dini tsunami untuk 28 negara di Kawasan Samudera Hindia.
Rita mengatakan BMKG juga telah menyediakan berbagai informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika yang cepat, tepat, akurat dan berkelanjutan dengan format digital yang didukung mega data analitik dan sistem kecerdasan artifisial.
Dari teknologi terapan itu, dia mengatakan distribusi data BMKG dibutuhkan oleh setidaknya 12 sektor penting yakni transportasi, pembangunan infrastruktur, pertanian dan kehutanan, kelautan dan perikanan, tata ruang, kesehatan, pariwisata, pertahanan keamanan, sumber daya air, sumber daya energi dan pertambangan, industri serta penanggulangan bencana.
"Mega data analitik diperlukan untuk memproses secara kekinian, super cepat dan otomatis seluruh data observasi dari 179 stasiun BMKG dan 42 radar cuaca di seluruh wilayah Indonesia," kata dia.