Lubukbasung (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat kematian ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau mencapai 1.428,73 ton dengan kerugian Rp32,86 miliar dampak bencana hidrometeorologi melanda daerah itu.
"1.428,73 ton ikan mati dengan jenis nila di keramba jaring apung Danau Maninjau dengan ukuran siap panen," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam Rosva Deswira di Lubuk Basung, Sabtu.
Ia mengatakan kematian ikan 1.428,73 ton tersebar di Nagari atau Desa Sungai Batang, Tanjung Sani, Duo Koto, Maninjau dan Koto Gadang Anan Koto.
Akibatnya puluhan petani keramba jaring apung mengalami kerugian mencapai Rp32,86 miliar, karena harga ikan di tingkat petani Rp25 ribu per kilogram.
"Petani mengalami kerugian cukup besar dan ini kematian ikan paling banyak semenjak tiga tahun terakhir," katanya.
Ia menambahkan kematian ikan tersebut dampak bencana hidrometeorologi yang mengakibatkan curah hujan cukup tinggi disertai angin kencang melanda daerah itu.
Dengan kondisi itu, terjadi upweling atau pembalikan air dari dasar ke permungkaan, sehingga udara berkurang di dasar danau vulkanik tersebut.
Setelah itu, ikan di keramba jaring apung menjadi pusing dan ikan mencari udara dipermukaan danau dan beberapa jam mati.
"Ikan pusing dan mati. Petani keramba jaring apung tidak bisa menyelamatkan ikan miliknya," katanya.
Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam telah menyampaikan surat imbauan, edaran, sosialisasi pencegahan dan penanggulangan kematian ikan di keramba jaring apung yang berdampak pada lingkungan perairan danau.
Ini dalam rangka untuk meminimalisir kematian ikan agar petani tidak mengalami kerugian.
