Hal yang membuat Kopi Dewa 19 berbeda dari kedai kopi kebanyakan adalah konsep konten musiknya.
Bukan sekadar jual kopi, setiap gerai Kopi Dewa 19 membawa cerita perjalanan, prestasi, dan visual Dewa 19 sebagai salah satu grup band legendaris di tanah air. Mulai dari musik, foto, hingga atmosfer ruang yang sarat identitas band legendaris tersebut.
Konsep ini juga diterapkan di bandara. Gerainya tetap berupa kafe dan restoran, dengan sentuhan musik dan identitas Dewa 19 sebagai pembeda. Musik akan selalu hadir sebagai elemen utama, bukan sekadar pelengkap.

“Kita akan banyak berkonsultasi dengan para warga lokal, tentu menu-menu unggulan itu akan sama (di tiap cabang), tetapi di tiap daerah, pasti kita akan kurasi menu-menu yang benar-benar menjadi unggulan di daerah tersebut. Kita akan angkat menu-menu, kearifan lokal di bandara, khususnya di bagian kopi,” kata Budi.
Ke depan, Dhani punya mimpi besar. Kopi Dewa 19 akan hadir di sebanyak mungkin bandara di Indonesia.
“Selama ada (bandara) yang kosong, kita isi,” kata Dhani berseloroh.
Dhani, meyakini bahwa jenama lokal bisa berdiri sejajar dengan jenama internasional yang kerap mengisi gerai-gerai makanan dan minuman di bandara Indonesia.
“Jadi bisa dibilang, Kopi Dewa 19 ini adalah kopi nasionalis, yang di mana mas Dhani mempunyai cita-cita dan percaya diri bahwa kita bisa mengalahkan Starbucks di Indonesia,” imbuh Budi.
Bagi Ahmad Dhani, bisnis kopi ini bukan cuma soal cuan, meski ia mengaku jujur memang itu tujuannya, tapi juga soal warisan perjalanan Dewa 19, lapangan kerja, dan cara baru membawa musik Dewa 19 hidup di ruang publik.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahmad Dhani bawa bisnis Kopi Dewa 19 masuk bandara-bandara nasional
