Presiden Prabowo anggarkan KAI Rp5 triliun untuk tambah gerbong kereta

id Presiden Prabowo Subianto ,tambah gerbong kereta,KRL Commuter Line,Stasiun Tanah Abang Baru

Presiden Prabowo anggarkan KAI Rp5 triliun untuk tambah gerbong kereta

Presiden Prabowo Subianto (kempat kiri) didampingi Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (ketiga kiri), Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi (kedua kiri), Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi (kempat kanan), Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Prabowo (kedua kanan), Seskab Teddy Indra Wijaya (kanan), Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung (ketiga kanan), Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Bobby Rasyidin (kiri) meresmikan Stasiun Tanah Abang Baru di Jakarta, Selasa (4/11/2025). Presiden Prabowo meresmikan Stasiun Tanah Abang dengan nilai proyek lebih dari Rp309 miliar yang mencakup pembangunan gedung stasiun baru dengan luas bangunan 18.150 meter persegi dan jalur eksisting sepanjang 1.489 meter single track, serta penambahan dan pengembangan berbagai fasilitas penunjang sehingga mampu melayani penumpang 300 ribu orang perhari. ANTARAFOTO/Galih Pradipta/YU (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)

Jakarta (ANTARA) - Presiden Prabowo Subianto menganggarkan dana senilai Rp5 triliun untuk PT KAI (Persero) menambah gerbong kereta api jaringan KRL Commuter Line yang menjangkau kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Presiden menyebut Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin melaporkan kepada dirinya bahwa KAI membutuhkan anggaran Rp4,8 triliun untuk menambah rangkaian gerbong KRL, namun Presiden kemudian menyatakan akan mengalokasikan anggaran sampai Rp5 triliun agar penambahan itu dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, yang lebih luas.

"Rakyat, sebagian besar, merasakan manfaat kereta api. Untuk itu, saya kasih petunjuk, akan kita perluas, akan kita perbesar. Untuk Jabodetabek, Dirut KAI mengatakan harus ada tambahan gerbong, rangkaian baru. Satu rangkaian butuh uang 9 juta dolar (AS), benar? Beliau ajukan totalnya Rp4,8 triliun. Ya, saya setujui, bahkan akan saya alokasikan tidak Rp4,8 triliun, tapi Rp5 triliun. Kalau untuk rakyat banyak, saya tidak ragu-ragu," kata Presiden Prabowo di Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta, Selasa, menceritakan isi pembicaraannya dengan Dirut KAI soal penambahan gerbong KRL untuk kawasan megapolitan Jabodetabek.

Anggaran sebesar Rp5 triliun itu rencananya dialokasikan untuk penambahan 30 rangkaian gerbong kereta.

Presiden menargetkan kepada KAI agar 30 rangkaian kereta baru itu tersedia dalam waktu setahun ke depan.

"Satu tahun ini harus. Ini rakyat yang saksi ya. Jadi, nanti ada tambahan 30 rangkaian baru. Saya juga tadi coba, bersih, nyaman, (ada) AC," ujar Presiden Prabowo.

Presiden Prabowo, didampingi jajarannya, menjajal layanan KRL Commuter Line dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta, Selasa.

Dalam perjalanannya menggunakan kereta api itu, Presiden Prabowo sempat berbincang-bincang dengan beberapa penumpang Commuter Line.

Di Stasiun Tanah Abang Baru, Presiden menekankan kembali layanan kereta api yang strategis dan vital untuk menunjang aktivitas sehari-hari masyarakat.

Setahun, ada 486 juta penumpang yang memanfaatkan layanan kereta api di Indonesia.

"Kereta api dan semua transportasi massal, mass transit system itu adalah bagian dari kehidupan masyarakat modern, yang sangat-sangat strategis, dan sangat vital," ujar Presiden.

Dalam acara peresmian Stasiun Tanah Abang Baru dan peninjauan layanan KRL Commuter Line hari ini, Presiden Prabowo didampingi antara lain Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Prabowo, Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin, dan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.

Pewarta :
Uploader: Jefri Doni
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.