Wali Kota Sawahlunto Dorong Penyusunan Kajian Mitigasi Gangguan Mental-Health Pelajar

id Wali Kota Sawahlunto,a Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat,Kajian Mitigasi Gangguan Mental-Health Pelajar

Wali Kota Sawahlunto Dorong Penyusunan Kajian Mitigasi Gangguan Mental-Health Pelajar

Wali Kota Sawahlunto Riyanda Putra bersama salah seorang pelajar di Kota itu. (Antarasumbar/Yudha Ahada)

Sawahlunto (ANTARA) - Wali Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat Riyanda Putra meminta Dinas Pendidikan bersama Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bimbingan Konseling SMP dan SMA untuk menyusun kajian ilmiah terpadu dalam memetakan dan mitigasi kondisi kesehatan mental pelajar di kota itu.

“Langkah ini bukan hanya untuk memahami masalah, tapi juga untuk merancang solusi dan panduan nyata yang bisa dipakai guru dan orang tua dalam mendampingi pelajar,” kata Wali Kota Riyanda di Sawahlunto, Rabu.

Kajian ilmiah terpadu tersebut diarahkan agar menghasilkan rekomendasi berbasis riset dan panduan praktis bagi guru, konselor sekolah, dan orang tua dalam menghadapi tekanan psikologis, sosial, serta perilaku digital di kalangan pelajar.

Dia menekankan pentingnya pelibatan akademisi, tokoh adat, tokoh agama, serta praktisi literasi digital dalam proses kajian, sehingga hasilnya mampu membaca gejala perilaku digital (digital behavior) generasi Z yang sering berkaitan dengan gangguan kesehatan mental.

“Banyak gejala mental health hari ini berakar dari dunia digital, jadi penting bagi kita memahami cara anak-anak berinteraksi dengan media sosial, game daring, atau konten yang mereka konsumsi setiap hari,” katanya.

Wali Kota Riyanda menyebut guru dan orang tua juga perlu belajar bahwa mendampingi Gen Z membutuhkan seni dan pendekatan yang berbeda dari generasi terdahulu. Pola pikir, cara berkomunikasi, dan dunia sosial mereka sudah jauh lebih kompleks, sehingga tidak bisa lagi dihadapi dengan metode konvensional.

Menurutnya, generasi Z hidup di tengah arus informasi cepat, kompetisi tinggi, dan eksposur konten global yang masif. Kondisi itu menuntut pendekatan pendidikan yang lebih empatik, adaptif, dan berorientasi pada keseimbangan emosional anak.

Wali Kota menegaskan guru bimbingan konseling memiliki peran strategis dalam mendeteksi dini gejala gangguan mental pelajar, sementara keluarga menjadi fondasi utama dalam menjaga ketahanan psikologis anak.

Langkah ini sejalan dengan program nasional Kementerian Kesehatan dan Kemendikbudristek yang menekankan pentingnya intervensi preventif kesehatan mental di sekolah, termasuk literasi digital sehat dan pendidikan karakter adaptif.

“Pendidikan bukan sekadar soal nilai akademik, tapi juga tentang menjaga anak-anak agar tetap sehat secara mental, berpikir jernih, dan tangguh menghadapi tekanan hidup di dunia nyata maupun digital,” katanya.

Pewarta :
Uploader: Jefri Doni
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.