Masih Ada Veteran Hidup dengan Kondisi Memprihatinkan

id Masih Ada Veteran Hidup dengan Kondisi Memprihatinkan

Sampit, Kalteng, (Antara) - Para veteran pejuang di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah berharap pemerintah memerhatikan nasib mereka karena hingga kini masih ada veteran yang hidup dengan kondisi memprihatinkan. "Ada yang hidupnya perlu perhatian, bahkan ada yang belum punya rumah. Memang ada bantuan rumah, tapi tidak semua dapat. Kami berharap mereka mendapat perhatian karena usia mereka sudah lanjut meski soal umur adalah takdir Tuhan," kata Ketua Legiun Veteran Cabang Kotim, Melan Wasito di Sampit, Minggu. Melan dengan gamblang mengungkapkan tentang kondisi rekan-rekan seperjuangannya yang masih membutuhkan perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah. Para tokoh yang dulunya mempertaruhkan nyawa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kini harus berjuang bertahan hidup di usia senja. Tidak sedikit para veteran yang hidup serba kekurangan, sementara usia mereka sudah lanjut sehingga tidak memungkinkan lagi untuk mencari nafkah. Beruntung jika masih ada anggota keluarga yang menampung mereka, namun bagi veteran yang sudah tidak ada kerabat lagi maka didera kekurangan. "Kenanglah juga para pahlawan yang masih hidup, bukan sekadar yang sudah tidak ada. Yang masih hidup harus dapat perhatian yang layak," ucap Melan yang tampak hadir dalam upacara tabur bunga peringatan Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Batarung Sampit. Melan mengaku mendapat uang kehormatan dari pemerintah pusat sebesar Rp 250.000 per bulan. Dia bersyukur atas pemberian itu meski jika dilihat dari nominal masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan. Namun saat ditanya terkait bantuan dari pemerintah daerah, Melan seketika bereaksi. Dia berharap pemerintah turut memerhatikan nasib para veteran di daerah ini agar bisa mendapat bantuan yang layak untuk bertahan hidup. "Tahun lalu ada tali asih. Tapi itu sesuai kemampuan, Rp250 ribu. Tidak tiap bulan, cuma saat Hari Pahlawan. Yang tiap bulan itu dana kehormatan dari presiden, jumlahnya juga Rp250 ribu," jelas Melan. Meski begitu, dia menegaskan bahwa para pejuang mempertaruhkan nyawa didasari kecintaan terhadap negara ini agar terbebas dari kekuasaan para penjajah yang datang ke nusantara ini. "Berbagai macam pengalaman suka duka dirasakan para pejuang saat itu. Terkadang kami kocar-kacir ketika ada serangan mendadak. Sempat pula tidak bisa makan karena sembunyi," ujarnya bercerita. Untuk itulah, Melan berharap generasi penerus saat ini tidak menyia-nyiakan kemerdekaan yang telah diraih dengan banyak pengorbanan rakyat bangsa ini. Pembangunan yang ada, termasuk di Kotim, harus dilanjutkan dan ditingkatkan. Sementara itu Fadlian Noor, putra salah satu pejuang asal Kotim mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan melalui bidang masing-masing. "Tanggung jawab ada di kita. Mari kita kobarkan semangat dengan membangun di seluruh sektor yang ada sehingga arti kemerdekaan bisa kita nikmati dan berikan untuk semua. Kalau bukan kita, siapa lagi yang membangun negeri tercinta ini. Tidak ada kata menyerah dan tawar menawar dalam menegakkan NKRI," ucap Fadlian. (*/wij)

Pewarta :
Editor: Antara Sumbar
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.