Padang (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Maria Yohana Esti Wijayati mengingatkan semua pihak, terutama kelompok kriminal bersenjata (KKB), agar tidak lagi mengorbankan guru-guru dan tenaga kesehatan yang mengabdi di Tanah Papua demi mencapai ambisi politik tertentu.
"Kita meminta kepada siapapun itu, kalau anda berbicara target politik, jangan jadikan guru-guru dan tenaga kesehatan ini menjadi korban," kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI Maria Yohana Esti Wijayati di Padang, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Esti saat memimpin rombongan Komisi X dalam agenda kunjungan kerja atau reses ke Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Esti menegaskan tidak akan masuk atau mencampuri urusan politik yang sedang terjadi di Papua. Namun, apabila hal itu sudah mengarah kepada penganiayaan, bahkan pembunuhan guru maupun tenaga kesehatan maka Komisi X akan merespons langsung.
Perlu disadari bersama tingkat pendidikan di Tanah Papua termasuk yang rendah di antara daerah lainnya di Indonesia. Oleh sebab itu, negara hadir untuk menjadikan Papua setara dengan wilayah lainnya, salah satunya dengan mengirimkan guru maupun tenaga kesehatan.
"Banyak kabupaten di Papua yang rata-rata lama pendidikannya di bawah sembilan tahun bahkan tidak lulus sekolah dasar. Atas dasar itu, percepatan dan pemajuan pendidikan di Bumi Cenderawasih wajib dilakukan. Sayangnya, di saat bersamaan tragedi penyiksaan, teror hingga pembunuhan terhadap guru-guru dan tenaga kesehatan terus terjadi," katanya.
"Jadi, kalau anda berbicara target politik, jangan jadikan guru dan tenaga kesehatan ini sebagai korban," tegas dia kembali.
Di dalam Undang-Undang Otonomi Khusus Papua, salah satu pasal menyebutkan dan mengatur tentang peruntukan dana pendidikan dan kesehatan. Termasuk juga perlindungan bagi guru maupun tenaga kesehatan yang mengabdi di Papua. Namun sayangnya kebijakan itu kerap diabaikan.
Ke depannya ia meminta pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten agar lebih bisa memikirkan bagaimana tenaga kesehatan maupun guru tidak lagi menjadi korban atas kekejaman KKB.
"Dan saya kira aparat keamanan yakni TNI dan Polri juga harus ada di dalamnya untuk menjaga guru dan tenaga kesehatan ini," kata dia.
Terakhir, ia mengatakan guru-guru dan tenaga kesehatan yang gugur dalam menjalankan tugas pengabdian menjadi catatan kelam sekaligus menandakan perlindungan bagi mereka masih lemah.
"Menurut saya perlindungan terhadap guru dan tenaga kesehatan masih kurang karena faktanya mereka masih jadi korban," tambah dia.