Komdigi juga masih menggodok aturan mengenai pembatasan umur pengguna media sosial dan tengah mengkaji batas umur minimal bagi anak-anak yang bisa mempunyai akun medsos. Belum jelas juga bagaimana mekanisme implementasi aturan ini, namun setidaknya, upaya untuk merancang aturan terkait, seperti halnya yang juga sudah dimiliki beberapa negara, patut diacungi jempol.
Peran kunci orang tua
Tidak mudah, memang, untuk memisahkan anak-anak dari medsos yang sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Mereka ini generasi digital native yang dari sejak lahir sudah mengenal teknologi. Mereka tumbuh dan berkembang bersama teknologi digital. Bahasa medsos adalah bahasa ibu bagi mereka.
Tetapi, apakah anak-anak itu sudah mengenal medsos begitu lahir? Apakah mereka minta dibuatkan akun medsos begitu tangan dokter mengeluarkan mereka dari perut ibu? Tentu tidak. Lingkunganlah yang memperkenalkannya kepada anak-anak. Lingkungan dalam hal ini terutama adalah orang tua.
Sebagian orang merasa lebih tenang bekerja karena anak mereka anteng di kamar berselancar di dunia maya. Ada juga yang merasa, anak mereka lebih aman jika berada di dalam rumah bersama smartphone, tanpa mereka sadari bahwa "predator" pun bisa dengan mudah masuk ke rumah melalui barang canggih tersebut dan memangsa anak-anak.
Berbagai platform media sosial sebenarnya sudah memberikan batas minimum umur untuk membuat akun, atau mewajibkan menggunakan akun surel orang tua sebagai bentuk pengawasan. Pada kenyataannya, syarat-syarat itu bisa dengan mudah diakali.
Yang sekarang ini menjadi orang tua rata-rata adalah generasi digital immigrant, yang mengalami peralihan teknologi dari analog ke digital. Banyak di antara mereka yang secara teknologi kalah pintar dibandingkan anak-anaknya.
Padahal peran orang tua sangat dibutuhkan di sini. Bukan hanya untuk mengawasi, tetapi juga sejak dini membiasakan anak untuk menggunakan media sosial dengan bijak dan seimbang. Misalnya, dengan membatasi waktu berselancar di dunia maya, ikut mem-follow akun anak untuk memantau aktivitas mereka.
Sesekali, boleh juga orang tua bersama anak melakukan detox medsos. Betul, orang tua pun juga perlu "diselamatkan" dari kecanduan medsos. Detox bisa dilakukan dengan menonaktifkan medsos selama 24 jam. Ini tantangan berat.
Satu jam pertama masih aman. Satu jam berikutnya dunia mulai terasa sepi. Anak – dan orang tua yang juga kecanduan medsos — akan refleks mencari telepon seluler.
Ini sebenarnya menjadi peluang bagi orang tua untuk merebut kembali perhatian anaknya yang selama ini sudah didominasi oleh medsos. Caranya bisa dengan mulai ngobrol, melakukan aktivitas bersama, jalan-jalan, atau apa pun, yang penting terkoneksi secara nyata.
Dengan detox digital ini, anak akan membuktikan bahwa tanpa medsos ternyata hidup tetap berjalan, bahkan mungkin bisa lebih seru. Hilangnya kendali medsos atas anak-anak bisa jadi justru akan membuat mereka lebih kreatif.
Media sosial memang sudah menghubungkan kita, namun jangan biarkan ia mengendalikan hidup kita.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jangan biarkan medsos mengendalikan hidup kita