Padang (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat membawa angin segar bagi masyarakat Desa Matobe, Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui Program Pengolahan Komoditas Sagu sehingga memiliki nilai tambah.
Mahasiswa angkatan 2022 Departemen Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNP, Valefy Siregar di Padang, Kamis mengatakan program ini merupakan rintisan kreatif para mahasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari sagu, bahan pangan pokok masyarakat Mentawai.
Ia menyebut Program Kreativitas Masyarakat tersebut diketuai oleh Aji Sulaksana (Geografi 2022), anggota Valefy Siregar (Geografi 2022), Anissa Tifana (Geografi 2022), Amartasya Vista (Ekonomi Pembangunan 2021), Dwieke Harryani (Ilmu Kesejahteraan Keluarga 2021).
Program ini diampu dosen pembimbing, Lailatur Rahmi, S.Pd., M.Pd. Dosen Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (FIS UNP).
Sagu merupakan tanaman penting bagi masyarakat Mentawai. Selain sebagai bahan pokok pangan utama, sagu juga terkait dengan kebudayaan Arat Sabulungan. Dalam ritual (punen) sagu memiliki fungsi sebagai makanan yang dipersembahkan kepada roh.
Biasanya masyarakat Mentawai mengolah pati sagu menjadi sagu bakar bambu (sagu kaobbuk) atau sagu bakar daun (sagu kapurut). Sagu juga biasa dibuat menjadi penganan kue sapik.
"Melalui program ini kita membantu masyarakat Mentawai untuk bisa mengolah sagu menjadi berbagai produk inovatif dan kekinian seperti tepung sagu, bolu sagu, brownis sagu, mochi sagu dan mie sagu," katanya.
Inovasi tersebut tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi kelompok PKK Desa Matobe.
"Kami ingin menunjukkan bahwa sagu bukan hanya makanan tradisional, tetapi juga bisa diolah menjadi berbagai produk modern dan bernilai ekonomis. Kami berharap program ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan kelompok PKK Desa Matobe," ujar Valefy.
Dari program ini diharapkan terbentuknya kader yang dapat memberikan ilmu kepada masyarakat setempat, sehingga menghasilkan masyarakat yang produktif dan dapat meningkatkan perekonomian Desa Matobe yang berkelanjutan.
Manfaat tersebut diakui Ketua Kelompok PKK Desa Matobe, Juwarti. Ia mengatakan program tersebut memberikan pemahaman baru terutama bagi anggota PKK.
"Selain meningkatkan nilai tambah dari sagu, kami juga mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan usaha olahan sagu ini," katanya.
Keberhasilan program ini tak lepas dari kerja keras dan dedikasi para mahasiswa UNP. Mereka tak hanya berinovasi dalam pengolahan sagu, tetapi juga aktif dalam memasarkan produk dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang potensi sagu sebagai bahan baku makanan yang bergizi dan bernilai ekonomis.*