Unand berpeluang raup royalti tinta pemilu hingga Rp4 miliar

id Unand, tinta pemilu universitas Andalas,padang

Unand berpeluang raup royalti tinta pemilu hingga Rp4 miliar

akademisi sekaligus Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset UNAND Dr. Eng Muhammad Makky. (ANTARA/Muhammad Zulfikar).

Padang (ANTARA) - Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat berpeluang mendapatkan royalti Rp3-4 miliar hasil dari inovasi pembuatan tinta untuk Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024 yang bekerja sama dengan PT Kudo.

"Sekitar 15 hingga 20 persen royalti masuk ke Unand dari harga bruto pengadaan tinta pemilu serentak," kata Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset Unand Dr Eng Muhammad Makky di Padang, Jumat.

Pada saat tender tinta tersebut dilakukan, perguruan tinggi tertua di luar Pulau Jawa itu berhasil mendapatkan pengalokasian 60 persen tinta pemilu secara nasional.

Angka itu tergolong tinggi karena awalnya Unand hanya menargetkan sekitar 10 persen.

Makky menjelaskan, tinta pemilu hasil inovasi Unand yang bekerja sama dengan PT Kudo tersebut memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKD) yang tergolong tinggi yakni mencapai 90 persen.

"Jadi, bahan baku dan lain sebagainya 90 persen merupakan buatan dalam negeri," kata dia.

Selain memiliki TKD yang tinggi, harga tinta pemilu hasil karya inovasi anak bangsa tersebut juga lebih murah jika dibandingkan dengan tinta yang menggunakan bahan baku impor.

Perbedaan atau selisih harga tersebut dikarenakan 90 persen bahan baku berasal dari dalam negeri, terutama gambir yang dikumpulkan dari petani-petani di Provinsi Sumatera Barat.

Dengan memproduksi tinta pemilu yang menggunakan gambir asal Ranah Minang, Unand bersama pihak terkait secara tidak langsung telah membantu proses hilirisasi tanaman gambir yang selama ini diimpor ke India.

Rektor Unand Prof Yuliandri mengatakan, hingga saat ini perguruan tinggi itu telah menghasilkan sedikitnya 18 teknologi inovasi dari bahan baku gambir khususnya senyawa "marker" (pewarna) untuk kebutuhan berbagai industri, termasuk tinta pemilu.

Prof Yuliandri menerangkan, sebagian besar zat warna yang dibutuhkan industri di dalam negeri masih diimpor dengan jumlahnya yang mencapai 42.000 ton per tahun.