Solok (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Sumatera Barat, melakukan diseminasi audit kasus stunting (AKS) tahap I tahun 2023 yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui penyebab risiko stunting di daerah itu.
Staf Ahli Bupati Solok Mulyadi Marcos di Solok, Jumat, mengatakan tujuan diseminasi audit kasus stunting untuk mengidentifikasi dan mengetahui penyebab risiko stunting.
Ia mengharapkan dari hasil identifikasi dan analisis yang dilakukan tersebut dapat memberikan rekomendasi sebagai upaya pencegahan yang harus dilakukan.
Lebih lanjut, ia mengatakan penanganan stunting sudah menjadi program nasional di mana target stunting di Indonesia ada pada angka 14 persen, namun di Kabupaten Solok Bupati bertekad agar dapat menekan hingga angka 10 persen.
"Untuk itu perlu kerja sama dari seluruh Pihak sehingga dapat mewujudkan hal ini bersama-sama," ujar dia.
Ia mengatakan tahap pertama ini Pemkab Solok terfokus pada Kecamatan X Koto Di Atas, di mana saat ini di Kabupaten Solok penyumbang tertinggi dari kenaikan angka stunting berada di Kecamatan X Koto Diatas.
Menurutnya, penyebab dari stunting secara garis besar karena pengaruh ekonomi, untuk itu ia meminta kepada setiap wali nagari agar dapat mengintervensi tidak hanya pada masalah gizi, namun juga dalam pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan perekonomian masyarakat di nagari masing-masing.
Di samping itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Hasmy Raharini mengatakan pihaknya sangat memahami bahwa percepatan penanganan stunting ini sebuah kegiatan yang terintegrasi, baik itu di kementerian maupun di daerah-daerah.
"Hal ini kita lakukan guna mewujudkan generasi Indonesia emas tahun 2045, di mana yang akan membangun dan memimpin Indonesia pada saat itu ialah generasi muda kita saat ini," ujar dia.
Namun, faktor kognitif sekarang, baik dari bidang kesehatan maupun non kesehatan, menyimpulkan bahwa generasi muda berada pada kondisi yang kurang sehat yang ditandai dengan terjadinya prevalensi stunting.
Ia menyebutkan di Sumatera Barat tahun ini mengalami kenaikan angka stunting yang sebelumnya pada angka 23,5 persen menjadi 25,2 persen, namun di Kabupaten Solok telah mengalami penurunan yang signifikan dari 40,1 persen menjadi 24,2 persen.*