Ketua DPRD Sumbar Supardi ajak Ninik Mamak dukung potensi nagari

id Ketua DPRD Sumbar, Supardi, berita sumbar

Ketua DPRD Sumbar Supardi ajak Ninik Mamak dukung potensi nagari

Ketua DPRD Sumatera Barat (Sumbar) Supardi. (ANTARA/HO-Humas DPRD Sumbar).

Padang (ANTARA) - Ketua DPRD Sumatera Barat (Sumbar) Supardi mengajak para Ninik Mamak untuk mendukung potensi yang ada di setiap nagari sebab hal itu dinilai mampu secara simultan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

"Ini penting dilakukan mengingat angka pengangguran di Sumbar semakin tinggi pascapandemi COVID-19 serta fakta melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumbar berdasarkan data Bank Indonesia," kata Ketua DPRD Sumbar Supardi di Padang, Kamis.

Ia menyakini semua nagari mempunyai potensi masing-masing dan jika serius menggarapnya maka hal tersebut dapat menjadi bekal bagi generasi penerus.

Dalam kegiatan workshop dengan tema "Menggali Potensi Nagari Untuk Merancang Sebuah Festival", Supardi memaparkan bahwa potensi masing-masing nagari berbeda-beda.

Di antaranya, jelasnya, terdapat nagari yang memiliki potensi alam dan ada pula yang bukan alam misalnya lebih fokus pada potensi ragam kuliner. Ragam potensi tersebut bisa dikembangkan menjadi potensi wisata.

Salah satu daerah dengan potensi alam ialah Nagari Maek, Kabupaten Limapuluh Kota dimana di lokasi tersebut terdapat menhir. Bahkan, Universitas Gajah Mada pernah meneliti tengkorak manusia yang ditemukan di kawasan itu.

"Ini bisa jadi wisata peradaban yang akan dilirik seluruh orang di dunia," katanya.

Supardi menegaskan menggali potensi nagari adalah upaya untuk menyelamatkan bukan hanya generasi saat ini, namun juga generasi muda.

Lebih jauh, ketika potensi nagari berkembang maka pertumbuhan ekonomi masyarakat akan ikut maju. Hal itu tentu akan memengaruhi angka pengangguran agar menjadi lebih sedikit dengan banyaknya peluang pekerjaan.

Bila masing-masing nagari memiliki potensi yang sudah serius digarap, maka akan semakin sedikit masyarakat yang memilih merantau. Sebab, banyak hal dapat dikerjakan di kampung sendiri.

"Merantau memang bagus, namun tidak bisa kita pungkiri risikonya juga banyak. Contohnya ketika COVID-19, banyak perantau kehilangan pekerjaan, kehilangan mata pencaharian lalu pulang ke kampung," jelasnya.

Selain itu, tambah dia, banyak hal yang berpotensi merusak moral generasi muda di rantau dan kemudian ketika mereka pulang ke kampung halaman hal itu ditularkan pada masyarakat di kampung halaman sebagai contoh ialah LGBT.