Bukittinggi (ANTARA) - Sebagai daerah tujuan, Kota Bukittinggi Sumatera Barat terus melahirkan spot atau lokasi khusus menarik yang harus dikunjungi, terbaru hadir Kafe Tapian Tabek yang berada di kawasan desa wisata.
"Kawasan ini merupakan bagian dari geografis pariwisata Parit Antang yang hadir di tahun 2023 ini dalam program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI),” kata pegiat Desa Wisata Sumbar, Mohammad Abdi, Selasa.
Ia mengatakan di sekitar Parit Antang yang berada di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh (ABTB), juga ada spot penunjang lainnya seperti kolam pemancingan ikan dan ranah wisata minat khusus.
“Untuk atraksinya sudah ada, kesenian, tambua, randai dan sebagainya, juga ada kuliner lokal, bahkan homestay juga sudah ada di Parit Antang,” katanya.
Mohammad Abdi yang juga dosen di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar) mengapresiasi lahirnya kafe ini yang menurutnya selama ini banyak kafe yang dibangun oleh investor.
"Namun Kafe Tapian Tabek ini justeru dibangun oleh putra daerah asli, dengan hadirnya kafe ini, maka akan membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar," ujarnya.
Menurutnya, yang menjadi PR bagi masyarakat setempat, apakah mampu menghadirkan galery souvenir produk ekonomi kreatif.
“Sebelum pulang, biasanya pengunjung ingin bawa sesuatu. Nah, butuh space pajangan produk lokal di sini,” katanya
Selain itu, M Abdi menyebut, butuh komitmen dari owner, serta sinergi dengan travel agent dan seluruh pelaku pariwisata.
“Kafe ini bisa jadi alternatif sebelum makan, pengunjung bisa mancing dulu. Kalau perlu wisatawan langsung memasaknya,” ujar M Abdi.
Terakhir Abdi berharap adanya support atau dukungan dari pemerintah, apakah dalam bentuk bantuan pembangunan MCK, pelebaran jalan, atau yang lainnya.
“Masyarakat sudah bergerak dari bawah. Sayang kalau pemerintah kalau tidak mensupport,” katanya.
Menurut Owner Kafe Tapian Tabek, Ikhwanul Khairi Datuak Intan Marajo, kafe ini nantinya akan mengusung konsep wisata adat.
Menurutnya secara perlahan nantinya akan ada penampilan kesenian dan budaya Minangkabau seperti pertunjukan talempong di kafe ini.
“Ke depan mungkin juga akan ada pertunjukan randai, sedang masakannya kami menawarkan masakan tempo dulu seperti maco dan taruang,” katanya.
Kafe dua lantai ini juga cukup besar menampung pengunjung yang datang dengan kapasitas sekitar 30 orang untuk lantai atas, serta sekitar 35-40 untuk lantai bawah.