Padang (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka lowongan 500 ASN setiap tahun dengan kualifikasi minimal jenjang pendidikan S3 .
"Untuk tahun ini pada pekan ini akan keluar pengumumannya dari BKN dan Kemenpan RB," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di Padang, Kamis usai peluncuran Pusat Kolaborasi Riset Nanoselulosa di Universitas Andalas (Unand).
Menurut dia, ini juga merupakan sinyalemen bagi anak bangsa yang memiliki kemampuan riset yang baik dengan pendidikan S3 maka terbuka peluang masa depan yang cerah.
"Kalau di BRIN jadi ASN sudah lumayanlah penghasilannya," kata dia.
Ia menilai hal ini juga merupakan tindak lanjut dari kebijakan menyuruh anak bangsa untuk belajar setinggi mungkin kemudian menyiapkan tempat bekerja.
"Jangan sampai setelah mereka kuliah sampai S3 lalu tidak ada tempat bekerja menampung, sementara mereka memiliki potensi yang besar," kata dia.
Pada sisi lain ia mengakui saat ini perguruan tinggi juga kesulitan mencari pengajar dengan jenjang S3.
Mengatasi persoalan itu, BRIN sudah menyiapkan kebijakan yang yang disebut dengan mobilitas periset.
"Jadi para ASN di BRIN tidak perlu bekerja hingga pensiun, setelah 15 tahun bekerja jadi peneliti ahli madya atau utama akan diredistribusi ke kampus-kampus yang ada ," ujarnya.
Dengan demikian kampus tidak perlu menyediakan investasi yang besar untuk alat riset bagi dosen karena cukup disediakan oleh BRIN yang murni riset.
Selama ini kendala kampus adalah menyediakan instrumen riset, sekarang cukup riset di BRIN dengan segala fasilitas yang lengkap.
Ia menambahkan kebijakan redistribusi ASN BRIN ke kampus juga terbuka untuk swasta sehingga tidak ada diskriminasi hanya bagi kampus negeri.