Dokter: Hepatitis akut menginfeksi manusia lewat saluran napas dan cerna
Jakarta (ANTARA) - Penyakit hepatitis akut bergejala berat menginfeksi manusia melalui saluran cerna dan pernapasan, kata seorang dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
"Dugaan awal disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dan lainnya. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan," kata Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FKUI Prof Hanifah Aswari saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti melalui zoom di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan hepatitis akut bergejala berat diduga telah masuk ke Indonesia setelah tiga anak di Jakarta dilaporkan meninggal dunia akibat terinfeksi.
Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab dari penyakit ini.
Meski belum diketahui pasti penyebab penyakit hepatitis akut pada anak, Hanifah menyarankan orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penyakit tersebut pada anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Untuk mencegah risiko infeksi, Prof Hanifah menyarankan langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
“Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” katanya.
Hanifah yang juga seorang peneliti di RSCM itu mengatakan penularan hepatitis akut melalui saluran pernapasan sehingga diperlukan protokol kesehatan COVID-19 seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas.
Upaya lain yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit hepatitis akut.
Hanifah menyebutkan secara umum gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna gelap.
Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, kata dia, orang tua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.
"Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran, karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil," katanya.
Ia juga menyarankan agar anak dengan gejala tersebut dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan.
"Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelamatkannya sangat kecil,” katanya.
"Dugaan awal disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dan lainnya. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan," kata Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FKUI Prof Hanifah Aswari saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti melalui zoom di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan hepatitis akut bergejala berat diduga telah masuk ke Indonesia setelah tiga anak di Jakarta dilaporkan meninggal dunia akibat terinfeksi.
Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab dari penyakit ini.
Meski belum diketahui pasti penyebab penyakit hepatitis akut pada anak, Hanifah menyarankan orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penyakit tersebut pada anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Untuk mencegah risiko infeksi, Prof Hanifah menyarankan langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
“Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” katanya.
Hanifah yang juga seorang peneliti di RSCM itu mengatakan penularan hepatitis akut melalui saluran pernapasan sehingga diperlukan protokol kesehatan COVID-19 seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas.
Upaya lain yang dapat dilakukan masyarakat untuk mencegah penularan adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit hepatitis akut.
Hanifah menyebutkan secara umum gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna gelap.
Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, kata dia, orang tua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.
"Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran, karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil," katanya.
Ia juga menyarankan agar anak dengan gejala tersebut dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan.
"Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelamatkannya sangat kecil,” katanya.