Menganalisis gempa subduksi di segmen Siberut

id gempa megathrust, berita padang, berita sumbar Oleh  Badrul Mustafa Kemal

Menganalisis gempa subduksi di segmen Siberut

Pakar gempa Universitas Andalas (Unand), Dr Badrul Mustafa. ANTARA/Ikhwan Wahyudi/am.

Padang (ANTARA) - Di pulau Sumatera, pergerakan lempeng Indo-Australia menabrak dan menunjam ke bawah lempeng Eurasia menghasilkan antara lain rangkaian busur pulau depan (forearch islands) atau zona prismatik akresi yang non-vulkanik, di antaranya Kepulauan Nias dan Mentawai.

Subduksi ini kemudian menghasilkan potensi gempa kuat dan sangat kuat. Di darat ia juga menghasilkan potensi gempa tektonik, di antaranya gempa Talamau di Pasaman yang baru saja terjadi dengan kekuatan M6,1 pada 25 Februari 2022.

Subduksi yang menghasilkan megathrust Mentawai, terbagi ke dalam dua segmen, yakni segmen Siberut dan Sipora-Pagai. Pada kedua segmen ini terdapat potensi gempa sangat kuat dengan periode ulang antara sekitar 200-300 tahun. Segmen Sipora-Pagai telah terjadi periode ulangnya setelah 1833, yakni dengan terjadinya rangkaian gempa sejak 12 September 2007 (M8,4), 13 September 2007 (M7,9 dan 7,2), dan 25 Oktober 2010 (M7,4). Yang terakhir ini menimbulkan tsunami, karena terpenuhinya syarat terjadinya, yakni yang episentrumnya persis di patahan naik (thrust fault), baratdaya Pagai Selatan.

Yang menjadi kekhawatiran adalah periode ulang gempa kuat di segmen Siberut. Inilah yang disebut-sebut pakar gempa bahwa sejak terjadinya gempa sangat kuat M8,7 tahun 1797, gempa sangat kuat di segmen ini belum keluar. Meskipun 10 April 2005 sudah terjadi gempa M6,7 dan sejumlah gempa lebih kecil, diyakini energinya masih tersisa setidaknya dua pertiga lagi. Energi yang dua pertiga ini kalau lepas sekaligus dapat menghasilkan gempa berkekuatan di atas 8.

Tadi pagi pukul 04.08 WIB telah terjadi gempa di segmen ini, yang beririsan dengan segmen Nias, dengan kekuatan M6,7. Kemudian disusul dengan yang juga cukup kuat, yakni M6,0. Belum didapat informasi kerusakan yang terjadi di sekitar episentrum gempa, yakni di Siberut bagian utara dan kepulauan Nias bagian selatan.

Lalu, bagaimana analisis terhadap gempa tergolong kuat yang terjadi tadi pagi itu? Walaupun di segmen ini terjadi kekosongan seismic (seismic gap), yang secara prediksi saintifik akan terjadi gempa sebagai pelepasan energi yang terakumulasi selama lebih 200 tahun sejak 1797, tapi kita tidak bisa memastikan bagaimana cara pelepasan energi yang terakumulasi tersebut.

Apakah gempa tadi sebagai pembuka untuk menuju gempa yang lebih besar/dahsyat, kita tidak tahu. Belum ada ilmu dan alat teknologi yang dapat memprediksinya. Bisa saja energi yang terakumulasi di zona kosong segmen Siberut ini di lepas dengan kekuatan sedang (M6,0 -7,0) selama 10 sampai 20 tahun ini. Ini tentu yang kita harapkan. Biarlah agak sering terjadi, tapi tidak terlalu kuat sehingga tidak menimbulkan kerugian.

Namun, karena kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi. Kalau gempa tadi pagi merupakan gempa pendahuluan, maka kita harus terus meningkatkan kesiapsiagaan. Kita harus terus berlatih menghadapi gempa yang sangat kuat di megathrust Mentawai ini, sekaligus menghadapi kemungkinan timbulnya tsunami.

Semoga pemerintah bersama aktivis PRB (Pengurangan Risiko Bencana) kembali menyiapkan masyarakat untuk ini. HKN (Hari Kesiapsiagaan Nasional) tanggal 26 April depan merupakan momen yang tepat untuk ini. Mudah-mudahan gempa sangat kuat tidak terjadi sebelum HKN tsb.

Padang, 14 Maret 2022.