Solok (ANTARA) - Memiliki kebiasaan makan makanan cepat saji hingga lupa menjaga pola hidup sehat, membuat Muhammad Iqbal mengalami sakit perut yang berlarut-larut hingga divonis usus buntu, yang membuatnya harus menjalani operasi dan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir Kota Solok.
"Awal mulanya baik-baik saja, tetapi dengan kebiasaan memakan makanan yang instan seperti ayam cepat saji di pinggir jalan ketika pulang sekolah, dan begitu juga dengan seringnya memakan mie instan dalam rentang waktu yang berdekatan, selama 2 tahun belakangan ini membuat perut saya sering sakit," tutur Iqbal baru-baru ini.
Iqbal menceritakan, berawal saat diajak teman-teman bermain sepeda bersama, ketika itulah tiba-tiba nasib malang menimpanya.
"Kejadian saat saya jatuh dari sepeda, bagian perut saya terbentur stang sepeda, dan menimbulkan rasa sakit perut yang amat sakit menimbulkan rasa yang tidak nyaman," ungkapnya.
Iqbal pun memutuskan untuk memeriksakan kesehatannya ke Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama (FKTP), dan hasil dari pemeriksaan dokter di FKTP tersebut mengharuskan Iqbal untuk dirujuk ke RSUD M Natsir.
Iqbal pun dirujuk ke RSUD M Natsir dengan tetap memanfaatkan program JKN KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Setibanya di RSUD M Natsir, Iqbal mendapatkan pemeriksaan dari dokter yang pada akhirnya divonis sakit usus buntu.
"Dari keluhan yang saya sampaikan, selain rasa sakit dibagian perut saya, saya juga muntah setelah saya makan atau minum dan ketika saya berjalan perut saya terasa sakit. Sehingga saya berjalan harus membungkukkan badan, setelah diperiksa oleh dokter, dokternya menyampaikan kalau saya sakit usus buntu, dan pada hari itu pun juga saya diputuskan harus dioperasi," jelasnya.
Iqbal menambahkan, bahwa proses pemulihan pasca operasi usus buntu mengharuskan ia untuk dirawat inap selama lima hari. Dan mengharuskan ia untuk mengurangi aktivitas berat supaya bekas luka sayatan pasca operasinya cepat kering dan sehat kembali.
"Dalam rawat inap ini saya juga diberikan obat-obatan serta multivitamin, agar luka sayatan ini cepat kering, dan tidak infeksi," kata Iqbal.
Ia juga mengungkapkan, ia tidak hanya menggunakan pelayanan JKN KIS untuk operasi usus buntunya saja. Sebelumnya, ia juga pernah menggunakannya untuk pengobatan amandel bengkak dan semua dijamin oleh progam JKN KIS.
Terkait pengobatan ini, Iqbal mengungkapkan sangat beruntung karena telah mendaftar menjadi peserta JKN KIS yang sangat membantunya ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Dan pelayanannya juga mudah, mulai dari berobat di klinik hingga proses rujukannya ke Rumah Sakit asalkan kita memahami dan mengikuti prosedurnya.
"Begitu juga dengan biaya perawatan kesehatan selama dia berobat tidak perlu mengeluarkan biaya sepersen pun. Jika tidak menggunakan JKN-KIS mungkin akan mengeluarkan biaya hingga puluhan juta," ucapnya.
Iqbal mengharapkan, semoga kedepannya program JKN KIS ini tetap berkelanjutan dan pelayanannya lebih baik lagi untuk melayani seluruh masyarakat Indonesia khususnya di Kota Solok.