Lubuk Sikaping (ANTARA) - Lima kesenian tradisional masih terjaga dan bertahan pada masa pendemi COVID-19 di Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, yang dilakukan oleh para remaja hingga kaum dewasa untuk acara hari besar nasional serta acara adat di daerah itu.
"Lima kesenian tradisional yang masih bertahan serta terjaga di Kecamatan Bonjol, yakni Randai, Ronggeng, Simuntu, Lukah Gilo dan Dikie Pano," kata Camat Bonjol, Afnita di Lubuk Sikaping, Senin.
Pada pendemi COVID-19, kelima kesenian tradisional itu sudah jarang ditampilkan ke masyarakat disebabkan kondisi tidak boleh berkerumun karena antisipasi penyebaran COVID-19.
Sebelum pandemi COVID-19 melanda di Kabupaten Pasaman biasanya kelima kesenian tradisional ini selalu di tampilkan di hari besar nasional maupun acara adat setempat.
Salah satunya Simuntu biasanya ada saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI), acara titik kulminasi Bonjol, pesta Nagari dan lainnya, Simuntu beranggotakan empat orang, dimana badan mereka berisikan daun pisang yang telah dikeringkan dari kepala hingga kaki.
Ia menjelaskan kelima kesenian tradisional ini masing-masing memiliki nama kelompok dan memiliki anggota yang dimainkan oleh para pemuda hingga kaum dewasa.
Sejarahnya sudah ada pada zaman perang Padri atau zaman Belanda, gunanya untuk mengelabui musuh atau lawan.
Ia menambahkan selain itu ada Lukah Gilo sudah ada zaman dahulu. Lukah Gilo ini seperti sangkar burung nantinya dipegang bersama-sama oleh pemainya dan satu pawangnya dengan berjumlah lima orang selanjutnya sangkar burung tersebut dilepaskan dan bergerak sendiri tanpa dipegang.
"Semoga kelima kesenian tradisional tersebut dapat terus terjaga kelestariannya serta dikembangkan oleh generasi muda di Kecamatan Bonjol," harapnya.
Ini lima kesenian tradisional di Bonjol Pasaman yang tetap terjaga pada pendemi COVID-19
Lima kesenian tradisional yang masih bertahan serta terjaga di Kecamatan Bonjol, yakni Randai, Ronggeng, Simuntu, Lukah Gilo dan Dikie Pano,