Sarilamak, (ANTARA) - Sejumlah siswa di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat menginginkan agar pembelajaran tatap muka bisa kembali dilaksanakan karena pembelajaran secara daring dinilai kurang efektif.
Seorang siswa SMP Negeri 1 Harau Nailathul di Sarilamak, Selasa, mengatakan pelaksanaan pembelajaran secara daring membuatnya lebih sulit untuk mengerti.
"Kendala belajar di rumah, pelajaran yang diterangkan tidak seperti yang sekolah. Karena kalau di rumah tidak ada yang langsung menjelaskan. Jadi kami harus menganalisis sendiri," ujarnya.
Agar bisa lebih mengerti, dia mengaku harus lebih banyak bertanya kembali kepada guru agar mendapatkan kembali penjelasan dan lebih mengerti pembelajaran saat itu.
"Semoga dapat kembali sekolah dan belajar kembali di kelas. Biar bisa belajar kembali seperti biasanya," kata dia.
Hal senada juga diungkapkan oleh siswa lainnya, Laila yang menilai pembelajaran secara tatap muka di kelas lebih efektif untuknya dalam memahami pelajaran.
"Penjelasan yang diterima berbeda dengan saat belajar di dalam kelas. Jadi kami harus lebih sering bertanya dengan teman dan guru dan kami berharap sekolah seperti biasa lagi," ujarnya.
Sementara Kepala SMP Negeri 1 Harau M. Yusuf Lubis mengatakan bahwa pihaknya beberapa kali sengaja langsung mendatangi rumah peserta didik untuk memastikan bahwa peserta didik menjalankan program dari sekolah dengan baik.
"Memang ada anak yang menemui kendala dalam pembelajaran daring, ini yang kita pastikan agar selama pembelajaran daring siswa tetap mendapatkan pembelajaran dengan semestinya," katanya.
Ia mengharapkan agar guru mata pelajaran dan peserta didik bisa lebih berkomunikasi dengan lebih baik. Guru juga diharapkan lebih kreatif saat pembelajaran daring.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Limapuluh Kota Indrawati mengatakan saat ini memang pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka belum dapat dilaksanakan kembali karena daerahnya masih masuk ke dalam zona oranye.
"Sesuai dengan SKB 4 menteri dan imbauan Mendikbud, bahwa untuk tahun pembelajaran 2021/2022 sudah harus ada pembelajaran tatap muka setidaknya 50 persen dari kapasitas namun tetap disesuaikan dengan kondisi daerah," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa setiap sekolah sudah menyiapkan untuk dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka pada tahun pembelajaran mendatang. (*)