Kasus COVID-19 meningkat, ini pengaruhnya pada ekonomi Sumbar, menurut Kepala BI Sumbar

id berita padang,berita sumbar,BI

Kasus COVID-19 meningkat, ini pengaruhnya pada ekonomi Sumbar, menurut Kepala BI Sumbar

​​​​​​​Kepala BI perwakilan Sumbar, Wahyu Purnama. (Antarasumbar/Ikhwan Wahyudi)

Contohnya sudah terlihat ekonomi Sumbar terkontraksi dari 5,01 persen pada 2019 menjadi minus 1,60 persen pada 2020 akibat COVID-19,
Padang (ANTARA) - Peningkatan kasus baru positif Corona Virus Disease (COVID-19) dinilai akan berdampak dan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat berdasarkan hasil perkiraan Bank Indonesia.

"Awalnya kami optimistis dengan adanya vaksin kasus akan berkurang sehingga ekonomi bisa bertumbuh, namun beberapa waktu terakhir terjadi kenaikan hal ini pada akhirnya juga akan berpengaruh pada ekonomi Sumbar," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama di Padang, Selasa.

Menurutnya ketika kasus COVID-19 meningkat maka masyarakat tidak bisa bebas berkegiatan termasuk melaksanakan aktivitas perekonomian.

"Contohnya sudah terlihat ekonomi Sumbar terkontraksi dari 5,01 persen pada 2019 menjadi minus 1,60 persen pada 2020 akibat COVID-19," kata dia.

Selain itu, ia menilai kebijakan pelarangan mudik juga berdampak pada ekonomi Sumbar karena pada tahun lalu perantau dilarang pulang kampung.

"Jika pada tahun ini tidak ada pelarangan mudik, maka akan ada serbuan dari perantau karena sejak tahun lalu tertahan untuk pulang kampung," kata dia.

Kebijakan ini, menurutnya akan berdampak pada perekonomian, aktivitas perdagangan hingga akomodasi dan transportasi tidak setinggi biasanya ketika Lebaran dalam kondisi normal.

BI memperkirakan pada tahun ini ekonomi Sumbar akan tumbuh dalam kisaran 4,8 persen hingga 5,8 persen, namun sepertinya akan jauh di bawah proyeksi tergantung kondisi perkembangan COVID-19.

Oleh sebab itu ia menilai pengendalian COVID-19 tidak hanya dipengaruhi vaksin namun juga kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Dengan melihat kondisi saat ini bisa akan lebih berat dibandingkan tahun sebelumnya jika kasus COVID-19 terus meningkat dan masyarakat tidak disiplin melaksanakan protokol kesehatan," kata dia.

Sebelumnya ekonomi Sumatera Barat 2020 terkontraksi sebesar minus 1,60 persen atau menurun dibandingkan dengan 2019 yang tumbuh sebesar 5,01 persen.

Dari sisi permintaan, terbatasnya permintaan domestik dan internasional akibat pandemi COVID-19 pada akhir triwulan I 2020 menekan kinerja konsumsi dan investasi.

Turunnya permintaan agregat pada akhirnya menekan kinerja seluruh lapangan usaha utama Sumatera Barat yaitu pertanian, transportasi dan pergudangan, serta perdagangan besar dan eceran.

Tak hanya itu secara umum, pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat Sumatera Barat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumbar jumlah penduduk miskin pada September 2020 tercatat sebanyak 364,8 ribu jiwa, meningkat dibandingkan September 2019 yang sebanyak 343,1 ribu jiwa.

Dengan kondisi tersebut, persentase penduduk miskin di Sumatera Barat naik dari 6,29 persen pada September 2019 menjadi 6,56 persen pada September 2020.